Tantangan pelestarian dan pengembangan
bahasa salahsatunya adalah istilah bahasa asing. Hanya satu kata asing saja
sudah bisa menggusur puluhan kosa kata satu bahasa daerah. Demikian Kepala Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Dadang Sunendar sampaikan dalam Kuliah Tamu Leksikografi: Lanskap
Leksikografis Tahun 2018 dan Perihal Penyusunan Kamus Mutakhir”, Aula Sasadu,
Gedung Samudra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta (3/5/18).
Penanak Nasi
Dalam sambutannya, Dadang berbagi cerita terkait Bahasa Ibu -nya yakni Bahasa Sunda. Tentang kesulitan yang dihadapi dalam pengembangan
Bahasa Daerah.
Satu kosa kata Bahasa Inggris; Rice Cooker (Penanak Nasi) mampu menghilangkan 50 kosa kata Bahasa Sunda.
Satu kosa kata Bahasa Inggris; Rice Cooker (Penanak Nasi) mampu menghilangkan 50 kosa kata Bahasa Sunda.
"Pengembangan Bahasa Daerah sekarang agak susah. Salahsatu tantangannya, perkembangan teknologi. Begitu muncul rice cooker, ternyata ada sekitar 50 kosa kata Bahasa Sunda langsung hilang,” ungkapnya.
Dadang
melanjutkan, kita kehilangan seluruh istilah Bahasa Sunda seputar proses
menanak nasi. Mulai dari menyiapkan bahan baku hingga nasi matang dan disajikan.
“Beras
masuk langsung jadi nasi. Kita kehilangan kata. Mulai dari membersihkan,
mengeringkan beras. Ada puluhan kosa kata dilewatkan. Anak muda zaman sekarang tidak
mengenal lagi," bebernya
Dadang tawarkan solusi. Perlu pertimbangkan orang tua menyuruh anak muda kembali menanak nasi model lama.
Ada istilah unik dalam proses memasak nasi secara tradisional. Salahsatunya Ngakeul. Tak sekadar urusan dapur, ia mengandung banyak pelajaran hidup
Dadang tawarkan solusi. Perlu pertimbangkan orang tua menyuruh anak muda kembali menanak nasi model lama.
Ada istilah unik dalam proses memasak nasi secara tradisional. Salahsatunya Ngakeul. Tak sekadar urusan dapur, ia mengandung banyak pelajaran hidup
Dalam buletin
ARRUHANIYYAH Edisi: 01/10/17, Ngakeul
adalah budaya Sunda berupa kegiatan
mendinginkan sekaligus membuat nasi jadi padat dan awet disimpan.
Ngakeul yang juga berarti ‘berpikir’ mengandung makna mendalam mengenai pentingnya ikhtiar dalam menjemput rezeki.
Ngakeul yang juga berarti ‘berpikir’ mengandung makna mendalam mengenai pentingnya ikhtiar dalam menjemput rezeki.
Ini baru
satu contoh untuk satu kosa kata asing yang menggerus kosa kata Bahasa Sunda. Belum
lagi Bahasa Daerah lainnya yang mungkin memiliki banyak istilahnya tersendiri dalam
proses menanak nasi.
Apakah benar hingga 50 kosa kata Bahasa Sunda tak terpakai lagi akibat kedatangan rice cooker?
Penulis -yang bukan asli Sunda- mencoba membuktikan dengan mengumpulkan kosa kata Bahasa Sunda terkait proses menanak nasi. Mungkin rekan pembaca yang urang Sunda bisa meralat atau melengkapi.
Penulis -yang bukan asli Sunda- mencoba membuktikan dengan mengumpulkan kosa kata Bahasa Sunda terkait proses menanak nasi. Mungkin rekan pembaca yang urang Sunda bisa meralat atau melengkapi.
- cai:
air
- beas:
beras
- boboko:
bakul
- seeng:
dandang/ periuk
- kukumbah:
mencuci
- wawasuh: mencuci
- ngeueum: merendam
- ngarames: meremas
- menekeun : menekan (beras)
- ngagaringkeun: mengeringkan
- kulub cai: rebus air
- cai ngagolak: air mendidih
- nampuyak: lembek (beras)
- sangu: nasi
- nyangu : menanak nasi
- asak: matang
- aseupan: kukusan
Kumpul Lema Lewat Piknik
Laman berita
di situs Badan Bahasa memaparkan Langkah Kerja Pemutakhiran KBBI Edisi V. BBI
edisi V telah diluncurkan dalam bentuk aplikasi daring (online) pada Oktober 2016.
Dalam pemutakhiran KBBI itu telah terkumpul 1.000 kata, 114 makna, dan 21 contoh baru. Juga ada usulan yang sudah divalidasi, yaitu 68 perubahan entri dan 30 perubahan makna.
Pada 6 April lalu, KBBI daring mencapai 127.775 entri dan hasil pencariannya mencapai 15.711.026 entri.
Dalam pemutakhiran KBBI itu telah terkumpul 1.000 kata, 114 makna, dan 21 contoh baru. Juga ada usulan yang sudah divalidasi, yaitu 68 perubahan entri dan 30 perubahan makna.
Pada 6 April lalu, KBBI daring mencapai 127.775 entri dan hasil pencariannya mencapai 15.711.026 entri.
Sejak 2015
hingga April 2018, jumlah lema atau kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
terus mengalami peningkatan. Pada 2015 ada sebanyak 90 ribu lema, pada 2016 ada
108 ribu lema. Pada 2017 mencapai 110 ribu lema.
Perkembangan terkini, di awal 2018, lema yang sudah ada naik menjadi 109.213 lema. Target 2019, lema yang sudah dimutakhirkan dalam KBBI akan mencapai 114 ribu lema.
Perkembangan terkini, di awal 2018, lema yang sudah ada naik menjadi 109.213 lema. Target 2019, lema yang sudah dimutakhirkan dalam KBBI akan mencapai 114 ribu lema.
Dadang mengimbau segenap karyawan Badan Bahasa untuk melakukan kegiatan kreatif demi pemenuhan target lema. Bisa lewat kegiatan sederhana.
Piknik, misalnya, yang sering dilakukan Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa terdahulu bersama para kolega dan karyawan.
Piknik, misalnya, yang sering dilakukan Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa terdahulu bersama para kolega dan karyawan.
“Kapusbanglin
lama, Pak Sugiono, mengajak kami piknik. Kumpul, makan siang bersama. Tiap yang
datang diminta membawa dan menjelaskan makanannya. Ternyata
hampir setengah yang dibawa itu belum masuk KBBI,” kenang Dadang.
Dipakai Masyarakat
Dalam upaya
tak kenal lelah itu. Dengan jumlah lema yang sudah kita miliki. Menyisakan tantangan
besar yang mengganggu pikiran.
“Kita
masih punya tantangan yang sangat besar. Yang selalu mengganggu pikiran kami. Terutama
teman-teman di Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa,” ujar Dadang.
Dalam tantangan
itu menyembul pertanyaan penting.
“Berapa
persenkah kosa kata atau lema di kamus, yang dibuat susah payah itu, digunakan
dan dimanfaatkan sebesar-besaranya oleh masyarakat?” imbuhnya.
Untuk itu,
Badan Bahasa terus bersinergi dengan segenap instansi terkait, para akademisi,
media massa, juga masyarakat luas. Kerjasama yang mendukung pabrik akademik ini
menjalankan amanat undangan-undang.
Narsum Linguis Terkemuka
Tema Kuliah
Tamu Leksikografi dianggap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Iptek turut mendorong perkembangan
penyusunan kamus. Penyusunan kamus tidak
lagi terbatas oleh linguis dan pekamus,
tapi juga masyarakat sebagai pengguna kamus.
Para peminat
dapat berpartisipasi melalui metode urun
daya (crowdsourcing) yang kini
diterapkan beberapa kamus; Wiktionary,
Macmillan’s Open Dictionary, Oxford Dictionary, dan KBBI. Meski tergolong
baru, dengan penanganan yang baik, inisiatif secara digital ini dapat melengkapi
kerja para pekamus.
Kuliah
Tamu kali ini mendatangkan narasumber Michael Rundell. Seorang Leksikograf yang
terkenal dengan The Oxford Guide to
Practical Lexicography yang ditulis bersama Sue Atkins. Bersama John Sinclair
(1933-2007), linguis ini membangun korpus digital pertama yang kemudian menjadi
sumber kamus Collins Cobuild English
Languange Dictionary.
wah saya jadi merasa gimana nih, kosa kata saya banyak ga yah? hehehhe haurs banyak belajar lagi dan lagi
ReplyDeleteYuk kita belajar bersama senantiasa
DeleteRupanya gitu yaaa. Adanya bahasa asing yang kelihatannya biasa-biasa aja kita gunakan sehari-hari ternyata dapat menggerus banyak kata di bahasa sendiri atau bahasa daerah. Beneran saya gak pernah kepikiran loh ��
ReplyDeleteSama kak, aku pun baru terpikir sejak dipantik seminar tsb.
DeleteSebagai blogger perlu banget nih memahami bahasa dengan baik dan benar. Biar nggak salah-salah. Nggak lucu juga jadinya bila salah bahasa, wkwkkw
ReplyDeleteTepat sekali kak.apalagi kita nulisnya dalam bahasa Indonesia ya
Deletetakut banget karena banyak bahasa serapan akhirnya melupakan bahasa sendiri.. harus lebih perhatian lagi nih sama pembendaharaan kata..
ReplyDeleteJangan takut dinda, yuk sering2 silaturahim ke badan bahasa :)
DeleteAku bahasa sehari-hari bahasa jawa mas, tapi lihatorang pake bahasa sunda di tv2 ada beberapa kata yang sepertinya agak mirip2. hehe
ReplyDeleteBetul bang Suga, kitorang bersaudara
DeleteSaya sebetulnya tertarik dengan bahasa, salah satunya bahasa sunda tapi suka gak ada teman berbicara jadinya jarang dipakai. Memang sih lama2 bisa terus tergerus ..
ReplyDeleteNah, bener kak, itu solusinya.Dgn slalu dipakai, bhs daerah akan lestari.
DeleteWalah eh apa hanya Bahasa Sunda aja yang hilang? Gmn bahasa lainnya? hehe'
ReplyDeleteBelajar bahasa itu seru ya, bahasa daerah di Indonesia sendiri tu banyak banget.
Btw aku keder eui sama Bahasa Sunda sementara aku gak bisa samsek tapi kyknya ntr anakku pelajarannya Bahasa Sunda hehe :P
Iya ya kak. Anak2 kita pegang peran nanti lestarikan bahasa daerah
DeleteOalah... gara-gara rice cooker yang prosesnya praktis, urusan masak secara konvensional berikut perangkat dan prosesnya ikutan minggir ya 😁
ReplyDeleteIya kak, makin minggir , yuk segera jaga dan pegangi agar tidak tersingkir :)
DeleteOalah... gara-gara rice cooker yang prosesnya praktis, urusan masak secara konvensional berikut perangkat dan prosesnya ikutan minggir ya 😁
ReplyDeleteMemanglah yang seru justru di prosesnya ya kak.Sarat makna yg tersirat.
Deletesepertinya dengan adanya Rice Cooker itu bukan hanya bahasa sunda aja yang hilang deh, bahasa buton pun sepertinya juga banyak yang hilang
ReplyDeleteWah iya berpotensi merembet ke bahasa2 daerah lainnya ya kak
DeleteMenarik sekali ini. Meski bukan anak linguistik, saya cukup perhatian tentang bahasa. Ternyata dampaknya cukup besar ya dengan adanya istilah asing.
ReplyDeleteMantap, mau perhatian juga sudah bagus kak. Selanjutnya yuk kita benahi bersama mulai dari yg simpel dan lingkup keluarga
DeleteBagus sekali ya acaranya apa lagi sampai mendatangkan ahli linguistik dari luar negeri yang tentunya lebih ahli dan berpengalaman
ReplyDelete