Every company has this same question they asked themselves everyday: How can we provide the most unique
offering to our costumers? How can we win our cuctomers’ mind and heart? The type
of question Grab also have. The Singaporean transportation network company has
been expanding in Indonesia eversince it’s appearance in 2014.
![]() |
foto: badanbahasa.kemdikbud.go.id |
Sebagian pegiat mengganti kata asli dengan kosa kata baru untuk istilah sensitif dan tabu. Kata asli dianggap bernilai rasa rendah. Contoh: 'Cacat' dipadankan 'Tuna'. 'Jamban' disesuaikan 'Toilet'. Sebenarnya, langkah apa yang diterapkan untuk pemadanan kata? Ivan Lanin dari Komisi Istilah ungkapkan dalam Seminar Leksikografi Indonesia 2018 “Leksikografi
di Era Digital”, Hotel Santika Slipi , Jakarta (2/8/18).
Pedoman Umum Pembentukan Istilah
Dalam sesi tanya jawab, seorang peserta, Kenia A. Saptiti dari Universitas Airlangga bertanya. Bagaimana proses pemadanan yang diberlakukan untuk kata atau istilah yang dianggap tabu dan sensitif.
Dalam sesi tanya jawab, seorang peserta, Kenia A. Saptiti dari Universitas Airlangga bertanya. Bagaimana proses pemadanan yang diberlakukan untuk kata atau istilah yang dianggap tabu dan sensitif.
Menurut
Ivan, kata itu bersifat netral. Persepsi manusialah yang menganggap sebaliknya.
Namun ada kriteria yang dapat diterapkan dalam menentukan istilah. Kita dapat mengacu pada Pedoman Umum Pembentukan Istilah
(PUPI).
“Saya beranggapan kata itu netral. Yang tidak netral itu persepsi manusia. Tapi memang kita
mengakui, kita punya rambu-rambu yang mesti dipatuhi,” sebutnya.
Dalam PUPI,
lanjut Ivan, ada 5 kriteria istilah yang baik. Dua di antaranya menjamin kata
yang dipilih itu akan bagus, baik secara makna konotatif maupun bunyi (eufonik). Proses pemadanan bisa subjektif.
“Bagaimana
itu diterapkan? Dua faktor itu subjektif. Penilaian dari satu orang dengan
orang lain bisa saja beda. Yang paling sering dikemukakan itu pemilihan antara ‘lokalisasi’
dan ‘pelokalan’,” bebernya.
Namun,
di sisi lain, masukan sebagai pertimbangan bisa saja datang dari para pengguna
istilah itu sendiri. Contoh, istilah Tuna Rungu.
“Dulu diusulkan
‘Tunarungu’. Tapi orang Tunarungu memilih kembali ke istilah ‘Tuli’. Karena menurut
mereka, ‘Tunarungu’ justru tidak menggambarkan diri mereka,” tutur Ivan.
Ada Dua Mazhab
![]() | |
|
Selanjutnya,
apakah semua istilah baru atau asing yang mengemuka perlu dipadankan? Terutama oleh
Komisi Istilah. Ada dua aliran, jawab Ivan. Pertama,
aliran yang menganggap istilah tidak perlu dipadankan. Kedua, aliran yang menganggap perlu memadankan istilah. Komisi Istilah
menganut aliran yang kedua.
“Alasan
utamanya adalah untuk memudahkan kita melafalkan dan menuliskan. Proses memadankan ada dua: penerjemahan
dan penyerapan,” imbuhnya.
Tapi ada
saat di mana tidak perlu memadankan istilah baru. Yakni ketika istilah asal sudah bisa diserap dengan mudah. Contoh: kata ‘Vegan’.
Semua orang Indonesia mudah melafalkan dan ingat cara menulisnya
“Tidak
usah kita capek-capek memadankan dengan ‘Pengonsumsi Sayuran Mutlak’. ‘Vegan’
saja cukup,” ujarnya.
Untuk kata semisal Hoax dan Bungee Jumping perlu dipadankan kosa kata baru. Ini adalah contoh kosa kata asing yang sukar dilafalkan dan dituliskan bagi sebagian orang. Berita Bohong untuk Hoax. Terjun Lenting untuk Bungee Jumping.
Jika sudah
dipadankan, langkah selanjutnya adalah pembiasaan lewat sosialisasi dan diseminasi. Suatu istilah padanan bisa disebut
berhasil bila sudah digunakan meluas para penutur bahasa. Contoh kata ‘Warganet’
kini lebih populer dipakai ketimbang istilah Netizen.
Ivan Lanin sebagai pembicara kunci menyampaikan makalah bertajuk "Pengembangan Aplikasi Pendukung Kerja Komisi Istilah".
Ivan Lanin sebagai pembicara kunci menyampaikan makalah bertajuk "Pengembangan Aplikasi Pendukung Kerja Komisi Istilah".
Tentang Komisi Istilah
Sidang
Komisi Istilah (SKI) merupakan kegiatan penyusunan padanan istilah suatu bidang
ilmu yang dilakukan pakar bidang bersama dengan ahli bahasa. Komisi di SKI
dibagi menjadi: Komisi Istilah, Komisi Penyelaras Istilah, dan Komisi
Pertimbangan Istilah.
Komisi
Istilah melakukan pemadanan istilah baru. Sedangkan Komisi Penyelaras Istilah
melakukan penyelarasan berdasarkan hasil kerja Komisi Istilah. Komisi
Pertimbangan Istilah dibentuk sesuai kebutuhan untuk memberikan pertimbangan
kepada Komisi Istilah dan Komisi Penyelaras Istilah.
Awalnya saya membaca berulang ulasan ini karena saya belum terlalu paham yang dibicarakan, ternyata ini mengenai pemadanan istilah yang dipakai oleh orang. Pengetahuan baru untuk saya mengenai bahasa Indonesia. Apalagi pematerinya Bapak Ivan Lanin yang udah dikenal dalam istilah2. Keren.
ReplyDeleteWah, ilmu banget nih, baru tahu bungee jumping itu terjun lenting, makasih ilmunya, memang benar kata netral sering berubah makna karena persepsi
ReplyDeleteAku baru tau kalau ternyata menentukan istilah melewati sidang kaya gini.
ReplyDeleteBukan sekedar ketemu kata langsung post ya kayak status. Sumpah bingung awalnya apaan nih hahaha
ReplyDeleteWah keren bisa belajar bareng Ivan Lanin. Selama ini saya hanya mantau di twitternya saja. Banyak ilmu kosa kata yg wajib blogger tahu.
ReplyDeleteMemang iya sih, manusianya sendiri yang menjadikan kata-kata memiliki banyak persepsi, atau tergantung sudut pandang yah
ReplyDeletePengen juga nih berguru pada Ivan Lanin hahaha. Aku tu kadang kalau nulis suka cek2 di KBBI juga lhooo. Kalau gak yakin aku miringin :D
ReplyDeletenaaah ini diaaa.. kadang2 kita ngga tau, tapi beberapa bloggers yang konsen disini suka ngasih tau. Jadi trims hihi.. kalau gw sendiri kadang suka-suka kalau nulis yg penting pembaca blog paham.
ReplyDeleteJadi kepikiran, sebetulnya sudah ada belum sih aplikasi untuk di hp yang bisa digunakan sebagai kamus untuk hal-hal seperti ini? Kan kalau ada enak ya, kita bisa lebih mudah tahu dan membiasakan diri untuk menggunakannya, terutama untuk para blogger seperti kita ini.
ReplyDeleteBerat bnget klo dah masalah bhs Ind lebih detai ya aplg ada mazhab2nya jadu tambah ilmu ini
ReplyDeletePengetabuan baru banget niih..baru tau, sempat bingung agak berat juga bahasannya hahaha...
ReplyDeleteUntuk istilah-istilah saya sendiri sering bingung menggunakan kata yang mana yang tepat Misalnya saja yang disebutkan di atas yaitu tunarungu Kita sebagai orang biasa sering lebih sering menggunakan tunarungu tetapi ternyata lebih baik tuli
ReplyDeleteSeriusan gini? Baru tau euy. Panjang juga ya prosesnya.
ReplyDeleteNote nih buat tambahan referensi saya untuk lebih banyak belajar tentang kosakata dan padanannya
ReplyDeleteaku baru tahu mengenai hal demikian, dan ini penting juga yah, apalagi kayak yang tunarugu dan tuli tadi, dua istilah yang sangat beda..
ReplyDeleteIya lebih enak sebut warganet daripada nitizen. Ternyata bisa ya kita mengajukan ketidak sukaan kita dgn kata tersebut. Seperti kata tunarungu yg ditolak dan lebih memilih tuli.
ReplyDelete