LDII Jawab Dinamika Dunia Soal Mobil Listrik


Wakil Ketua DPR RI Aziz Syamsyuddin dan Ketua Umum LDIII

Deddy Corbuzier jadi seleb pertama di tanah air yang memiliki mobil Tesla Model 3 Midnight Silver Italic. Selalu update teknologi membuat mentalis kini youtuber ini jadi salah satu dari segelintir orang Indonesia yang memiliki mobil listrik Tesla. Mobil asal Amerika Serikat ini baru bisa didapatkan lewat jalur importir umum.

Tesla Harga Milyaran

Apa yang membuat Deddy Corbuzier tertarik memiliki mobil seharga lebih dari 1 milyar rupiah itu? Mobil listrik dianggap kendaraan yang ramah lingkungan karena tidak menggunakan BBM. Agar bisa beroperasi, pemilik cukup mengisi ulang daya baterai lithium-ion di stasiun pengisi di rumah, dengan mobile charger, atau di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum milik PLN.        

Di dunia internasional, dalam hal ini Uni Eropa, sudah menekankan kepada 33 negara anggotanya harus sudah beralih ke kendaraan bertenaga listrik pada 2040. Merespons dinamika ini, Indonesia juga sudah bersiap dengan keluarnya Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) untuk Transportasi Jalan.  

Jadi upaya menjaga kelestarian lingkungan, mengantisipasi perubahan iklim, dan mengatasi pemanasan global bukan isu kaleng-kaleng. Seluruh dunia sedang berjaga-jaga dan mempersiapkannya. It is happening. Ada langkah serius yang harus kita lakukan sebagai masyarakat dalam menyambut ikhtiar peraturan yang diterbitkan pemerintah ini.    

Tidak mau kalah dari Master Corbuzier, meski belum sampai memiliki mobil sejenis, saya mencari tahu perkembangan terkini mobil listrik dan mendarat di Focus Group Discussion Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) “Menyongsong Era Mobil Listrik Nasional”, Rabu 12 Februari 2020, Gedung DPP LDII, Patal Senayan, Jakarta.


focuss group discussion LDII

Aspek Kenyamanan dan Keamanan

Dalam sambutan diskusi, Ketua DPP LDII Ir. Prasetyo Sunaryo menyampaikan, potensi penyerapan tenaga kerja jika industri mobil listrik berkembang di Indonesia. Kita perlu menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas.

“Bagaimana SMK-SMK (Sekolah Menengah Kejuruan-red) kita persiapkan pelajaran kelistrikan, jurusan elektro dan mesin. Kita siapkan tenaga kerja untuk pengisian lapangan kerja di Indonesia,” sebutnya.  

Maka, lanjut Prasetyo,  sebagai organisasi masyarakat, LDII yang memiliki banyak sekolah, warga, dan karyawan, menjadi agregator aspirasi menyongsong era mobil listrik,  di antaranya menyiapkan SDM dan tenaga maintenance.

Ketua Umum DPP LDII, Prof. Dr. Ir. KH. Abdullah Syam MSc megingatkan, dalam mengembangkan mobil listrik, harus mempertimbangkan 4 aspek kelayakan agar revolusi industri ini berjalan mulus.  

“Pilar pertama layak lingkungan, layak teknis, layak sosial termasuk kebijakan eksekutif maupun legislatif,  dan tentu layak ekonomi,” tandas Ketua Umum LDII.   

Kelayakan ekonomi menjadi penting karena akan menyajikan analisis ekonomi yang lengkap terutama terkait efisiensi pengoperasian mobil listrik. Jangan sampai cost mobil listrik lebih mahal daripada mobil berbahan bakar bensin. Dari aspek kelayakan lingkungan, penanganan limbahnya pun jangan sampai luput dari perhatian.

Pembicara kunci Focus Group Discussion LDII Wakil Ketua DPR RI Dr. M. Azis Syamsuddin, S.E., S.H., M.A.F., M.H meminta pihak yang berkecimpung di pengembangan mobil istrik agar mengutamakan penanganan limbah mobil listrik, terutama bekas baterai litium.   

“Saya menyambut baik LDII berani mengangkat ‘menyongsong era mobil listrik’. Namun saya garis bawahi, nanti waste-nya mau ke mana? Karena baterai litium, sampahnya lebih berbahaya daripada yang konvensional kita pakai sekarang. Ini perlu kita perhitungkan,” bebernya.  Aziz mengingatkan pengelolaan sampah yang masih menjadi problem seperti penampungan sampah di Bantargebang.

Aziz berharap pelaku pengembangan mobil listrik menyasar lebih dulu ke varian mobil komersial yang terjangkau masyarakat khususnya Avanza dan Inova. Wakil Ketua DPR RI mengingatkan adanya kemudahan yang menyertai pengguna mobil listrik, misalnya ketersediaan pusat pengisian khusus mobil listrik di lokasi-lokasi publik, dan layanan purna jual mobil listrik. Keseluruhan fasilitas yang saling melengkapi ini akan memberikan keamanan dan kenyamanan sehingga masyarakat tertarik menggunakan mobil lisitrik.

Salah satu pembicara diskusi kelompok terpumpun LDII, CEO PT Bakrie Auto Parts Dino Ahmad Riyandi mengungkapkan, prioritas utama penerapan mobil listrik ke angkutan transportasi publik, mengingat cakupan kemanfaatan yang lebih luas dirasakan. Bus merupakan transportasi masal yang cocok untuk berbagai strata sosial. Jadi tua-muda, dan miskin-kaya berhak menggunakan kendaran umum yang memiliki image positif sebagai solusi mengurangi kemacetan dan polusi udara.

Keunggulan dari bus listrik adalah proses perakitannya mudah, serta biaya operasi, dan pemeliharaan lebih rendah dari ICE (intercity express) Bus. Bus listrik dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan, karena dioperasikan di area yang padat dan berpolusi. Syukurlah Transjakarta masih terus menjajaki serangkaian tahapan agar bus listrik dapat resmi beroperasi di ibukota. Untuk mengobati rasa penasaran, di sela diskusi, para narasumber dan peserta FGD LDII berkesempatan naik bus listrik uji coba keluaran BYD Auto yang berlabel Transjakarta dan Bakrie Autoparts.

Hadir juga sebagai pembicara Focus Group Discussion LDII; Anggota DPR RI Komisi VI Singgih Januratmoko, Perwakilan dari Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin RI Andi Komara, dan Lektor Kepala Politeknik Elektronik Negeri Surabaya - DR.Ir. Dedid Cahya Happyanto, MT. Adapun moderator Diskusi Kelompok Terpumpun LDII oleh Wakil Pemimpin Redaksi Kompas Mohammad Baqir.