Untuk yang sedang menekuni hobi menulis, mungkin ingin melangkah dari sekadar pembaca, kita
harus pandai “mencuri waktu”, so they say. Maksudnya, maksimalkan waktu
senggang di tengah aktivitas utama. Penulis produktif Nunik Utami punya tipsnya.
Perempuan yang sudah menulis tak kurang dari 53 judul buku dalam waktu 8 tahun
ini membeberkan semua di acara perdana One Day One Book, "Book Club": Diskusi Buku dan
Workshop Resensi Buku, Rumah Mandiri Inkubator Bisnis, Jakarta (28/2/15).
Dari Formal Ke Santai
“Dulu waktu saya
ngantor, dari rumah ke kantor diantar suami naik motor. Di jalan saya pikirin, diingat
terus sepanjang perjalanan. Dulu dalam proses bikin cerpen anak. Paling tidak
dalam satu perjalanan dapat satu cerpen. Konflik dan alurnya saya pikirin di jalan.
Sampai kantor saya tulis outline -nya. Jadi tidak lupa. Kemudian saya
tinggal. Nanti jam istirahat, satu jam, sambil makan, ngetik, dapatlah satu
draft cerpen sepanjang 5-6 halaman,” ungkapnya menjawab pertanyaan peserta.
Sekarang setelah
jadi ibu rumah tangga, Nunik mengaku kurang produktif, karena makin banyak aktivitas di rumah. Tapi satu hal yang jadi
kebiasannya, langsung menulis outline untuk apapun ide tulisan yang terlintas
di benak. Bahkan sesaat setelah bangun tidur. Diikat supaya tidak lupa untuk disempurnakan nanti.
“Saya biasa bikin outline. Kadang saya bangun tidur, langsung ketemu satu bab,
atau outline keseluruhan satu novel. Bangun tidur saya tulis. Misal, alur. Sedikit-sedikit saja. Nanti baru kita lihat lagi,” ujarnya
Lalu ada lagi pertanyaan; bagaimana bagi mereka yang juga berkecimpung di bidang kepenulisan, tapi yang bersifat lebih formalistik
seperti buku laporan kerja, ingin merambah ke penulisan populer seperti artikel,
novel. Itu satu lompatan jauh. Kita bisa mulai dengan rajin membaca jenis karya yang kita ingin
tulis.
“Lompat dari menulis formal seperti laporan ke novel atau artikel
pop, lompatannya jauh. Sedang, kita nulis fiksi dan non fiksi saja, agak ada lompatan. Menurut saya, sering- sering baca tulisan yang kita
inginkan, misal novel, Memang bahasanya berbeda. Pilihan
kata kita cari yang lebih santai. Kemudian, untuk lebih banyak pilihan kata, kita harus punya tesaurus Bahasa Indonesia. Intinya sering baca,” urai Nunik.
Sebelum sesi tanya-jawab, agenda utama membahas
buku Friends Don't Kiss karya Safrina Siregar dan Gerimis di Arc de Triomphe karya Nunik Utami. Juga ada sesi Workshop “Membuat
Resensi Buku” bersama Blogger Buku Indonesia (BBI). One Day One Book merupakan
gerakan yang mengajak masyarakat luas untuk gemar membaca. Gerakan ini sangat
mudah yaitu dengan membaca satu buku dalam waktu satu hari.
Komentar
Posting Komentar