Ganjaran Surga Bagi Pembuat Film Anak


Saking jarangnya ada pelaku sinema nasional menelurkan tontonan untuk anak-anak, apalagi tuntunan, maka bagi siapa yang membuat, sangat dihargai jerihpayahnya. Sutradara dan Produser Film Harry Dagoe pun diapresiasi. “Ada teman saya bilang: ‘Har, kalo elo bikin film anak-anak, masuk surga’. Kenapa? karena menghibur anak kecil ya pasti kita memberikan hal-hal yang baik. Sementara di Indonesia untuk film anak sendiri komersialnya sangat tinggi, karena memang jarang filmnya. Jadi dia selalu dibutuhkan,” jelasnya dalam acara “Ngobrolin Fantasi di Indonesia dari Buku  Sampai Film", Islamic Book Fair, Istora Senayan (5/3/16).  


Duet dengan Penulis Cilik

Tidak banyaknya orang yang membuat film anak-anak, menurut Harry, karena faktor kesulitan yang tinggi sekali. Sampai Holywood perlu membuat buku yang mengupas problema tersebut. 

“Holywood sendiri mengeluarkan sebuah buku di mana ada wanti-wanti di dalamnya: udah deh jangan bikin film mengenai yang ada binatangnya, orang jompo, dan anak-anak. Kalau situ engga mau pusing, jauhilah tiga unsur itu,” beber Sutradara film Jenderal Kancil (2012) ini.  

Saat ini, Harry sedang membuat film animasi yang diangkat dari karya terbarunya duet dengan penulis Salma Abdillah; “Qasidah Berjanji”. Keputusan berkolaborasi dalam proses kreatif dengan seorang penulis cilik, dianggap sebagai penjaga nuansa cerita agar mudah diterima anak-anak. 

“Supaya bisa diterima dengan renyah sama anak-anak, justru itulah saya mengajak penulis fantasi anak, join di sini sebagai finishing. Saya ingin make sure cerita ini tidak sulit bagi anak-anak. Makanya kolaborasi dengan Salma itulah terjadi. Yang memang saya butuhkan,” ungkapnya.

Meski bergenre fantasi anak, namun orang dewasa juga bisa menikmati buku yang diterbitkan Pastel Books (Mizan) itu karena sarat pesan moral bagi semua kalangan pembaca.  

“Mungkin karena saya yang lebih dulu ciptakan, otomatis lebih ke family dan ketika orang membacakan ke anaknya, tidak bosan, karena ada sesuatu yang bisa diambil juga dari orang dewasa,” promosinya. 

Bicara buku, waktu berputar dan jaman berganti. Jika dulu orang tua, dan para guru berpesan supaya kita baca, baca, dan baca buku apa saja. Kini orang tua, menurut Harry, dituntut lebih selektif memilih bacaan untuk anak-anaknya.  

“Kalau saya dulu kecil mungkin jarang bacaan yang tidak bagus. Jadi guru saya atau siapapun yang jadi guru saya bilang: baca apapun pokoknya semua mesti dibaca. Tapi kalau sekarang sudah beredar bacaan-bacaan yang justru menyetir pola pikir anak lebih ke konsumerisme, hedonisme. Menurut saya orang tua harus cermat memilihkan bacaan. karena itu sebenarnya sebuah tanaman yang nanti akan tumbuh tergantung apa isinya yang dia apresiasi sekarang,” pungkasnya. 

Hadir juga sebagai narasumber Admin Penggemar Novel Fantasi Indonesia Abdurrafi Andrian, dan Penulis Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie.

Komentar