Semua bidang ilmu bisa dipelajari selama
kita memahami kerangka kerjanya. Termasuk memadukan ilmu desain dengan sains.
Tak ada lagi mitos si spesialis otak kiri dan si cenderung otak kanan.
Padu Desain, Sains, dan Bisnis
“Makin ke sini semua makin bisa dipelajari. Kalau dulu orang mikir left brainer tidak bisa jadi right brainer. Sekarang everything can be learn karena sudah banyak framework-nya. Contoh; design science terkenal di University of Michigan dan di Stanford ada namanya design impact engineering. Jadi sekarang berkembang banget di mana desain bisa digabungkan dengan sains,” ungkap Founder and CEO Binar Academy, Alamanda Shantika Santoso dalam Buka Talks: “Women in Tech, Building a Broader Perspective”, Bukalapak, Jakarta (31/3/17).
Alamanda melanjutkan, salahsatu contoh framework yang dipakai di design science adalah design thinking.
“Yang mungkin
di sini belajar startup sudah banyak tahu tentang design thinking. Bagaimana seseorang
bisa berpikir seperti desainer. Bahkan mengambil keputusan juga bisa dilakukan
dari perspektif desainer. Perbedaan desainer dengan engineer adalah desainer lebih
melihat dari perspektif human,” jelasnya.
Lebih dalam
lagi dipaparkan, sains dapat dipadukan dengan intuisi selama kita mampu mengabungkan
raga, pikiran, dan jiwa dalam noetic science.
“intuisi
bisa connect dengan sains. Itu lebih
dalam lagi. Intuisi bisa ditemukan ketika kita connect dengan mind, body,
and soul, dan kita connect with the universe
dan dengan AlMighty sebenarnya. Seorang seperti Ramanujan yang menemukan bilangan
prima, belajar dari noetic science,” imbuhnya.
Alamanda juga
menyampaikan, keitka kita sedang membuat suatu produk, secara bersamaan kita juga sebenarnya sedang membangun manusia
di balik produk tersebut.
“Saya
percaya, when we’re building a product,
we’re actualy building the people behind the product. Itu berkaitan dengan leadership. Di saat kita ngomongin leadership,
yang kita mau omongin juga manusianya, bagaimana kita build manusia di dalam situ. Tidak akan ada produk yang bagus tanpa
adanya orang-orang yang hebat di dalam situ,” tandasnya.
Perancang
dan pengembang aplikasi Go-Jek ini juga menyampaikan, pada akhirnya kita harus memadukan semua itu dengan aspek bisnis.
“Kalau
tadi kita ngomongin user driven, human perspective, customer driven. Sekarang saya harus mempelajari lebih lanjut tentang
business driven. Di saat kita menjadi
CEO, and we have to have perspective from
a bigger point of view, helicopter view. Kita tidak bisa ngomongin dari
user saja, harus dari bisnis, kita harus punya revenue, dsb. It’s a mix of
business and design and also science." pungkas pemilik gelar ganda lulusan Ilmu Matematika (artificial intelligence) dan Ilmu Komputer ini.
Buka Talks edisi menyambut Hari Kartini ini juga menampilkan Country Marketing Leader IBM Indonesia, Vina Kasim , dan
Founder nixiagamer.com, Monic Carolina.
Komentar
Posting Komentar