Multitasking Sebabkan Stres

  

MIndtera aplikasi edukasi kecerdasan emosional

Kemarin saya jadi host webinar sekaligus siaran langsung di Youtube. Di sela aktivitas operator zoom, saya menyambi balas chat di grup admin suatu project. Saya juga masih sempat edit foto dan olah takarir untuk konten. Biasalah. Multitasking.   


Burnout

Sepertinya, multitasking alias melakukan tugas ganda, sudah jadi semacam keterampilan yang wajib dikuasai masyarakat modern. Meski sering ketar-ketir juga dalam praktiknya. Saya merasa bangga kalau bisa melewatinya. Serupa meraih achievement unlock tiap selesai multitaskingTapi, ternyata, belakangan saya dapati, kebiasaan itu tidak baik untuk kesehatan fisik dan mental? Iya, Rekan Pembaca yang budiman. Multitask dapat menyebabkan stres.         

Menurut fasilitator Mindtera Devy Chan, multitasking tidak baik untuk kesehatan fisik dan mental, karena manusia tidak diciptakan untuk melakukan multitask. Saat multitasking, perhatian dan konsentrasi kita jadi terbelah, tidak fokus. Energi lebih terkuras. Sehingga kualitas masing-masing aktivitas yang dikerjakan secara bersamaan itu pun jadi tidak optimal.  


“Karena saat multitasking, fokus kita terpecah-pecah. Teman-teman sekarang melihat, banyak orang zaman modern mudah sekali stres, karena kita terlalu banyak multitasking,” ungkapnya dalam webinar #SEMUABISADIKELOLA Dengan Aplikasi Mindtera: Kelola Stress Dengan Berkesadaran, Zoom Meeting, Jumat 1 Oktober 2021.   

Jadi solusinya apa, Kak? Yang dengan tidak multitasking. Iya juga ya. Hihihi. Kak Devy menyarankan, kita pelan-pelan belajar mengurangi perilaku multitask. Coba fokus melakukan satu hal tanpa terdistraksi hal lain. Kak Devy merekomendasikan kita menyusun agenda kegiatan tiap hari. Hasilnya, aktivitas kita akan lebih efektif dan produktif. 

Multitasking memicu stres, yang kalau dilakukan terus menerus, lama kelamaan akan menimbulkan keletihan mental atau burnout. Kata Kak Devy, ada tiga kondisi yang menunjukkan kita sedang burnout yakni kelelahan, ketidakefektifan, dan sinisme. Wow, sinisme. Kalau mulai nyinyir itu tandanya kita sedang burnout, dong ya? Hehehe. 

Kelelahan, baik fisik, koginitif, maupun emosional merupakan gejala utama burnout yang patut diwaspadai. Kondisi tersebut memengaruhi ketidaksemangatan dalam pencapaian dan produktivitas. Akhirnya, orang yang burnout akan cenderung menghindari aktivitas atau pekerjaanya.        


 

Faktor-faktor Utama Stres 

Selain multitask, Kak Devy Chan membeberkan sembilan lagi faktor-faktor utama yang menimbulkan stres, yaitu: 

  1.  Unspoken Feeling. Perasaan yang dipendam dan tidak bisa disampaikan karena beberapa hal tertentu
  2. Boredom. Manusia senang bertumbuh dan butuh stimulan, khususnya pengetahuan, karena kita dikaruniai akal budi, dan kemampuan berpikir. Saat kita tidak mendapat stimulan untuk hal-hal baru, akan menimbulkan kebosanan
  3. Not Being Heard. Berbeda dari unspoken feeling, di mana ia tidak atau tidak mau menyampaikan, not being heard lebih ke sudah menyampaikan tapi tidak digubris. Didengar bukan berarti dituruti, karena kita bisa saling mendengarkan meski beda pendapat. Aspirasi yang tidak diakomodir bisa menimbulkan stres
  4. Lack of Personal Growth. Mirip boredom, di mana kita merasa kurang berkembang dalam bekerja dan berkarya atau beraktivitas sehari-hari
  5. Failure. Perasaan gagal dan tidak mampu berkompetisi karena tidak atau kurang mendapat masukan yang positif
  6. Tight Deadline. Tenggat yang saling berdekatan dan datang secara silih berganti, sehingga tugas harus dikerjakan dengan tergesa-gesa    
  7. Private space. Manusia adalah makhluk sosial sekaligus personal yang punya batasan atau boundaries . Stres bisa timbul saat orang lain terlalu dalam atau terus menerus masuk ke ranah personal kita.  Mereka bisa dari rekan kerja bahkan pasangan dan anak. Maka, ada masa di mana kita butuh personal space
  8. Attachment. Kemelekatan kita yang terlalu terhadap pekerjaan hingga tidak mengindahkan waktu istirahat, atau untuk orang terkasih  dapat menimbulkan stres
  9. Stres. Tekanan yang muncul dari sesuatu di luar kontrol kita dan perubahan yang mendadak. Misal, perusahaan di mana kita bekerja, bankrut. Atau klien terdekat tetiba tidak melanjutkan kontrak, orang terkasih kita wafat, dsb



Aplikasi Pengembangan Diri berbasis Multiple Intelligence

Wadidaw. Lumayan banyak faktor-faktor pemicu stres. Nyaris dari semua butir itu, saya mengalaminya. Aduh. Tapi, tenang. Dalam hidup memang kita akan selalu bertemu dengan stres. Jadi, hadapi saja. Stres dapat kita kendalikan dan kelola, kok. Begitu kata Kak Devy. Tenang. Ada MINDTERA yang membantu kita mengelola stres. Unduh aplikasi Mindtera di  Android atau IOS

mindtera aplikasi edukasi multiple intelligence

Mindtera adalah aplikasi edutech pengembangan diri melalui multiple intelligence pertama di indonesia. Mindtera merupakan aplikasi edukasi pengembangan multiple intelligence atau platform edukasi untuk belajar kecerdasan emosi, sosial, fisik dan pengembangan diri seputar keluarga, cinta, dan kerja. 

Jadi, Mindtera membantu kita mengelola hidup lebih baik dengan menguasai delapan tipe kecerdasan manusia, seperti yang disampaikan Co Founder Mindtera Bayu Bhaskoro dalam sesi kelas bersama Mindtera. Tersedia Program berjenjang tidak lebih dari 5 menit sehari dan dibawakan oleh para fasilitator profesional dan berpengalaman.




Komentar