Featured Post

Yang Pemimpin Harus Prioritaskan

sequis life

Padahal semua pekerjaan pagi sudah beres. Rampung bersih-bersih. Minuman sedia di tiap meja. Tapi pramukantor kami masih wara-wiri tak menentu. Sampai sempat kami bertabrakan di pintu masuk. Tampak gelisah menggelayut wajah. Tak sulit menebak ada yang mengganggu pikiran Sugiono.

Mas Sugi

Mas Sugi, begitu panggilan akrabnya, merupakan pribadi periang, humoris, dan selalu siap sedia saat kami membutuhkan bantuan. Ingin berkas segera difotokopi atau mau pesan makan siang, sebut saja, Mas Sugi bisa diandalkan. Begitu kami terlihat mengantuk di jam sibuk, ia langsung menawarkan secangkir kopi nikmat.  

Sosok trengginas yang selalu siap tunaikan tugas dalam kantor maupun  di lapangan. Kalau dapat tugas di luar daerah, di mana kami harus meraba lokasi baru, dialah yang lebih dulu paham kondisi setempat. Semua berkat kepiawaian dan bawaannya yang supel dan luwes menggali informasi dari jalinan interaksi dengan warga lokal.  

Dia mendekat dan duduk di sebelah saya yang sedang menyiapkan laptop. Dari semua karyawan di kantor, saya yang sering diajak ngobrol dengannya. Ritual pagi hari Mas Sugi adalah mendekati saya yang baru sampai dan langsung bercerita. Apa saja. Mulai dari kabar keluarga di kampung hingga analisis kekalahan tim sepakbola jagoannya. Entah mengapa dia betah mengalir bertuturkata. Padahal respon saya lebih banyak anggukan kepala.

Tapi kali ini beda. Tidak seperti biasa. Saya yang memulai percakapan dengan bertanya apa yang membuatnya gundah sepagi ini. Gerangan apa yang berhasil merenggut keceriaan khas Mas Sugi.

“Anak saya belum bayar uang sekolah, Mas,” Jawabnya lirih. Laptop sudah berpijar layar pembuka disusul wallpaper kembang-kembang. Saya masih bergeming membiarkan Mas Sugi melanjutkan curahan hati.

Ini bukan kali pertama anaknya terlambat bayar SPP. Menyekolahkan buah hati di sekolah terbaik memang pilihan utama Mas Sugi. Menandakan betapa dia sangat memerhatikan bekal yang bakal dibawa si anak untuk mengarungi ombak globalisasi. 

Pokoknya apapun diupayakan demi yang terbaik bagi anak-anak, terutama aspek pendidikan. Kebahagiaan yang sederhana tiap kepala keluarga adalah melihat buah hatinya mendapat pilihan yang terbaik. S
aya pun memanjatkan doa... untuk kita berdua. Semoga kita bisa segera mulus melewatinya. Saya yakin Mas Sugi bisa melewatinya, seperti kemarin, seperti bulan lalu, seperti semester sebelumnya.


sequis life education insurance
sumber; moneycontrol.com 

Paman Jefri

Kemudian saya teringat Paman Jefri, abang dari ayah saya. Ayah adalah anak  keempat dari 13 bersaudara;  6 laki-laki dan 7 perempuan. Paman Jefri tepat di atas ayah saya. Dia abang yang ketiga. Ayah paling akrab dengannya. Sejak lajang mereka bersama giat mencari peruntungan di ibukota, 

Hingga tiba masing-masing berkeluarga dan punya jabatan di satu perusahaan terkemuka. Paman Jefri menikah dan mempunyai 4 orang anak. Ayah meminang ibu, menikah, dan lahirlah 2 orang anak. Saya anak pertama.

Paman Jefri paling mapan di antara anggota keluarga yang lain. Istrinya juga turut bekerja mencari nafkah. Bila kita bertandang, asisten rumahtangga suguhkan menu yang sudah kami hafal bersama. Biasanya tempe atau tahu yang dipotong tipis-tipis, ikan, sambel, dan sayur bening. Hidangan kadang dilengkapi kerenyahan kerupuk udang. Lezat dan enak. Tipikal masakan rumahan. Ngangenin.

Ketika kami punya mainan yang sedang tren, anak-anak Paman Jefri--sepupu kami, sudah cukup senang dengan mainan lama. Kalaupun ingin beli sesuatu, anak-anak diajarkan untuk menabung. Tak jarang mereka jadi belajar mencari uang sendiri. Saya ingat, zaman SD dulu, sering menyewa komik mimin di lapak sewa buku salahsatu anaknya yang digelar di depan rumah.


Gaya berpakaian mereka pun bersahaja. Paman punya mobil dan motor untuk dipakai bersama. Mereka juga menggunakan transportasi umum. Anak-anaknya kini ada yang sudah memiliki rumah dan yang sedang menyiapkan hunian. Jadi mereka memiliki kapasitas untuk bisa tampil mewah. Tapi mereka memilih untuk menjadi keluarga yang sederhana. 

Memanglah keluarga Paman Jefri sangat ketat kalau soal pengeluaran. Beranjak dewasa, saya pertanyakan soal ini ke ayah, dia hanya tersenyum saja. Belakangan saya merasa ada sesuatu yang enggan diutarakan. Kau akan paham kelak. Begitu kira-kira dugaan saya membaca ekspresi sunggingan senyum Ayah. 

Anggapan tentang Paman Jefri ini selalu tersemat di benak... hingga 31 tahun kemudian.

Usai pemakaman, saya, adik dan ibu menyempatkan kembali ke rumah duka untuk menghibur Bibi Lina--istri Paman Jefri, beserta keeempat anaknya. Sebagai perempuan yang lebih dulu ditinggal suami, ibu hadir lagi menyemangati Bibi Lina. 

Banyak perihal yang kami sudah lama tahu, dan yang baru saja didengar langsung dari sang pasangan hidup. Di depan kami ibu mengaku banyak dibantu Paman Jefri pinjamkan uang untuk biaya kami sekolah. 

Ternyata Paman Jefri tak ragu membantu bila kami punya komitmen melunasi. Paman juga sering menitipkan uang jajan untuk kami, terutama  lewat dan ibu sepeninggal ayah. 

Di antara informasi yang baru tergali itu, ada satu yang mengentak relung hati dan membuka mata. Sebuah pencerahan. Sungguh inspirasi bagi saya yang menjadi kepala rumah tangga baru seumur jagung. 

Orang mungkin menganggap Paman Jefri adalah orang yang terlampau hemat. Tapi sedikit yang tahu bahwa sebenarnya dia sedang meneladani pola pengaturan keuangan yang sangat terencana, teliti, dan cerdas.  Suatu kerjasama yang baik antara suami dan istri dalam rangkaian upaya yang panjang. 

Hasilnya tercermin dan berpendar di prestasi yang ditorehkan anak-anaknya sekarang. Keempat anak Paman Jefri berhasil semua. Anak pertama bekerja di salahsatu perusahaan retail bergengsi. Anak kedua bergabung di salahsatu jaringan perhotelan internasional. Anak ketiga dan keempat masing-masing bekerja di bank nasional ternama. 
    
Demi Buah Hati  

Keputusan tepat Paman Jefri di tahun awal perkawinan adalah menyiapkan jaminan pendidikan anak-anaknya. Menurut Bibi Lina, Paman Jefri sangat menyadari betapa fundamental persiapan dana pendidikan anak sejak dini. Butuh suatu konsistensi nan panjang, karena biaya pendidikan mustahil bisa dikumpulkan dalam waktu singkat. 
Jadi memang harus menabung seawal mungkin. Lebih dini lebih baik, mengingat biaya pendidikan naik tiap tahunnya.

Ada satu tips, sebuah nasihat berharga dari Bibi Lina yang ia dapatkan dari sang suami: 

Usahakan sekitar 10% dari pemasukan tetap (salary) dialokasikan untuk persiapan dana pendidikan. Jangan ditunda. Langsung anggarkan begitu terima gaji, agar tak terjadi uang dipakai untuk urusan lain akibat menunda-nunda. Kurangi potensi berutang di masa depan demi kebutuhan mendesak biaya pendidikan. Karena langkah ini malah berisiko merapuhkan anggaran keluarga karena menambah beban utang.  

Bukti konsistensi menakjubkan yang mereka curahkan dari tahun ke tahun, sungguh menggerakkan saya untuk juga semangat memberikan yang terbaik bagi buah hati.

Saya mulai giat mencari layanan asuransi pendidikan yang dapat membantu menyiapkan masa depan anak-anak saya. Layanan asuransi pendidikan terbaik yang memberikan kepastian dana pendidikan terlepas dari risiko kehidupan yang mungkin muncul. Saya pun menjatuhkan pilihan ke Sequis


Perusahaan yang mempunyai 35 tahun pengalaman ini, hingga akhir 2018 memiliki total aset Rp 18,4 triliun, dengan lebih dari 410.000 jumlah polis dan didukung lebih dari 15.000 tenaga pemasaran profesional. Perusahaan yang meraih banyak penghargaan dan baru saja memperoleh predikat "Asuransi Nasional Terbaik 2019" versi Majalah Investor ini memiliki ragam produk inovatif mencakup asuransi jiwa, kesehatan, dan pendidikan.  


Asuransi Pendidikan Sequis memiliki 5 jenis produk inovatif yang bisa dipilih sesuai kebutuhan, antara lain:
1.    TelePro Beasiswa Berjangka. Produk asuransi pendidikan yang memiliki dua kemanfaatan sekaligus,  yakni dana pendidikan (dibayar sesuai jadwal yang ditentukan), dan manfaat perlindungan jiwa bagi nasabah BRI Britama
2.    Edu Plus. Produk asuransi pendidikan yang merupakan kolaborasi Sequis dan BRI yang memberikan dana pendidikan terjadwal dan manfaat asuransi jiwa
3.    Sequis EduPlan Insurance. Produk yang memberikan solusi perencanaan keuangan yang optimal untuk dana pendidikan anak. Antisipasi kenaikan biaya pendidkan, salahsatunya
4.    Sequis EduPlan. Produk asuransi pendidikan yang memberi jaminan dan kepastian tersedianya dana pendidikan/ dana tahapan multiguna ditambah perlindungan jiwa, dengan pilihan-pilihan besaran pembayaran premi yang diinginkan
5.    Sequis Global EduPlan Insurance. Produk asuransi pendidikan yang membantu menyiapkan generasi tangguh di era globalisasi dengan merencanakan pendidikan terbaik hingga ke luar negeri.

Kelima  produk ini  memiliki karakteristik dan keunggulan masing-masing dengan fleksibilitas dan fasilitas yang tersedia bagi kenyamanan. Mulai dari premi terjangkau, bayar 8 tahun untuk asuransi hingga 18 tahun, sampai produk yang dapat digabung dengan beragam pilihan asuransi tambahan. 

Keunggulan asuransi dana pendidikan adalah tersedia nilai pasti yang akan muncul sebagai dana pendidikan sesuai perjanjian awal. Ada proyeksi yang jelas bisa kita ketahui dari perencanaan matang asuransi.

Tak sekadar mengumpulkan dana pendidikan, asuransi pendidikan juga mengalihkan risiko keuangan. Anak tetap dapat melanjutkan pendidikan karena mereka memperoleh nilai Uang Pertanggungan yang akan diberikan jika terjadi risiko pada orang tua. 

Pembayaran premi asuransi pendidikan juga lebih fleksibel. Ada pilihan pembayaran premi tiap tiga bulan sekali atau tiap enam bulan sekali. Jadi asuransi pendidikan tidak harus dibayar tiap bulan.

Dengan laporan keuangan tahunan yang transparan serta dapat diakses dan diunduh di situs resminya, Sequis Life meyakinkan saya untuk mantap merajut apa yang disebut masa depan yang lebih baik, tak hanya bagi saya, tentu juga untuk para pembaca budiman, demi your better tomorrow

Terima kasih Paman Jefri. Paman telah meneladani ikhtiar seorang kepala keluarga dalam membangun mahligai rumah tangga. Beginilah seharusnya seorang kepala keluarga bertanggungjawab. Tiap langkah adalah satu tarikan nafas dengan kemaslahatan keluarga. 

Paman mengajarkan saya bagaimana seorang nahkoda seharusnya bertindak di tengah dinamika samudera. Dengan memperkuat infrastruktur bahtera dan melengkapi persediaan, seorang kapten sudah bersiap akan segala kemungkinan yang bakal mengemuka. 

Tidak sekadar menimbang untuk hari ini saja. Setelah memetik hikmah dari masa lalu, tulang punggung keluarga harus visioner bergegas menyiapkan masa depan. Salahsatunya dengan merencanakan keuangan dan memberikan asuransi pendidikan untuk generasi penerus garis keluarga. 

Hidup memang penuh kejutan. Jadi alangkah bijak bila kita plan the unplanned  agar tidak gampang terkejut. Selalu jaga dan siap sedia. Apalagi Benjamin Franklin sudah mewanti-wanti; if you fail to plan, you are planning to fail. Jadi mari mulai rencanakan matang dana pendidikan anak dari sekarang.  

Komentar

Artikel Populer

Perbedaan Antara Past Perfect dengan Present Perfect