Featured Post

Tips Jitu Agar Asyik Baca Kamus


seminar leksikografi indonesia 2019
dok. Aan Setyawan

Apa yang terlintas di benak rekan pembaca yang budiman ketika mendengar kata ‘kamus’, lebih spesifik: ‘Kamus Besar Bahasa Indonesia’? Jauh di lubuk hati terdalam, sebagai narablog, saya juga ingin mencintai Bahasa Indonesia lewat pembacaan kamus. Tapi, baru memperoleh beberapa entri saja saya sudah dihinggapi rasa bosan. 
  

Tukang Pungut Kata

Bila sudah menemukan arti dari kata yang dicari, saya melanjutkan lagi aktivitas sebelumnya. Jadi durasi bertahan saya tetap membaca kamus sangatlah pendek. Meski akses kamus kini lebih mudah dan nyaman dengan KBBI daring dan luring, saya masih belum menemukan letak serunya.

Memangnya baca kamus bisa sama mengasyikan seperti kita baca novel dan komik? Kamus kadung identik perbendaharaan para pakar dan ahli bahasa, jauh dari kesan masa kini penikmat literasi populer. 

Padahal, perkembangannya kini menggembirakan. Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan produk unggulan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan. Dalam dua tahun terakhir, KBBI daring dikunjungi puluhan ribu pengunjung, hingga pernah menduduki peringkat pertama situs populer beridentitas go.id mengungguli situs Pajak.

Hal ini menunjukkan eksistensi kamus kian memengaruhi kesadaran masyarakat berbahasa dalam perkembangan literasi. Kamus adalah hutan lindung yang rindang menjaga keberlanjutan berbahasa generasi ke depan. Kamus menjadi rumah lestari bagi pohon-pohon bahasa menguatkan batang reranting kata dan dedaunan lema. Siapa saja yang memasukinya, akan merasakan segala kebaikan buah pengetahuan, dan asupan oksigen terbaik bagi raga degupkan jiwa.     

Jadi bagaimana caranya agar kita enjoy membaca kamus? Pucuk dicinta ulam tiba. Saya menemukan petunjuk praktis supaya kita tergerak sering membaca kamus. Saya mendapatkan jawabannya di Seminar Leksikografi Indonesia Tahun 2019 “Leksikografi dan Literasi”, Hotel The Sultan, Jakarta 11-13 September 2019. 

Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Gufron Ali Ibrahim beberkan tips jitu agar kita merasakan pengalaman menarik saat membaca kamus.

“Saya punya kegemaran menulis puisi. Saya tukang memungut kata di kamus untuk menulis sajak,” ungkapnya dalam penutupan Seminar Leksikografi Indonesia 2019, 13 September 2019.

Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa mengakui, motivasinya menulis puisi dan sajak antara lain untuk melatih pemadatan berpikir, berkhidmat pada kata, dan merawat jiwa. Mari simak petikan puisi karya pria yang akan menerbitkan dua buku antologi sajak ini:

Agar Kata tak Bersilara

Bukan maksudku melarikan kata
Seperti gadis dalam silariang
Atau. perjaka dalam merarik.

Aku ingin menghidupkan kata
yang dilupa saat marah,
diingat saat rindu,
dicari saat susah.

Aku ingin menghidupkan kata
supaya tidak bersilara di tepi kertas.

Aku ingin meniti rimba kamus
sebab ialah kampung segala makna tersimpan.

Jakarta, 2019

Ada beberapa kata yang menarik dicatat dan terdengar tidak umum, setidaknya bagi saya sendiri. Terdapat kata silariang, merarik, dan bersilara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, merarik (v) berarti melarikan calon mempelai perempuan. Kata ini berasal dari bahasa Suku Sasak. Adapun bersilara dari kata silara (n) yang berarti daun yang telah tua/ kering.

Sedangkan kata silariang belum terekam di KBBI. Menurut penelusuran saya di mesin peramban Google, silariang adalah kata yang berasal dari bahasa Bugis-Makassar yang berarti’ kawin lari’.

Prof. Gufron gulirkan lagi kata-kata yang juga memantik keingintahuan kita untuk segera kembali membuka kamus, yaitu; kamau, tempoyan, merarik, limban, tempua, denyar,  senandika, leluri, penaka, dan centenarian. Untuk kata yang terakhir belum masuk Kamus Besar Bahasa Indonesia, tapi sudah banyak digunakan.

Jadi, membaca kamus menimbulkan nilai tambah tatkala bersanding dengan hobi menulis puisi. Menemukan kata-kata unik yang lalu disematkan dalam tiap larik sajak menjadi pengalaman istimewa tersendiri. Puisi tergubah indah, dan kosa kata kita pun menjadi kaya. 

seminar leksikografi indonesia dan literasi
dok. Reza

Film Sejarah Kamus Oxford

Gufron Ali Ibrahim memaparkan tantangan para pekamus di tengah lesatan teknologi informasi terutama di ranah media sosial. Salahsatunya "kecerewetan" warganet sebagai imbas dari kemudahan berinteraksi dalam pengayaan kosa kata Bahasa Indonesia. Hal yang sangat kontras dibanding era 80 hingga 90-an di mana akses keterlibatan warga awam mengusulkan kata dalam kamus sangat terbatas.

“Itu efek dari media sosial di mana akses kepada sumber pengetahuan dan informasi menjadi lebih cepat. Semua orang ingin menjadi pelibat dalam semua diskursus, perbincangan, dan masalah lainnya,” imbuhnya

Tantangan lain pekamus adalah belum sempat merekam kata, dan segala kemungkinan penambahan dan perubahan makna. Beberapa kategori kondisi kata yang ditelusuri antara lain; pernah dipakai, masih dipakai, jarang dipakai, tidak dipakai lagi, dan bahkan kemungkinan penutur jati tidak tahu kata yang dimaksud. 

Saya jadi mengumpamakan, pekamus bagai Indiana Jones dalam memburu kata-kata lama bahkan kuno. Dalam menempa kata-kata baru, leksikograf ibarat inovator nan visioner.  

Maka, sebagai perekam kata dan segala kemungkinan makna, leksikograf memastikan kamus selalu dimutakhirkan agar senantiasa terdokumentasi seluruh bahasa yang dimiliki suatu peradaban. Apalagi mengingat Nusantara terdiri dari ratusan suku dan ribuan bahasa terbentang di belasan ribu pulau. 

Tiap tahun di bulan April dan Oktober, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan melakukan dua kali pemutakhiran untuk pengayaan lema. Hal ini menandakan, kerja penyusunan kamus merupakan suatu langkah panjang bersama yang berkelanjutan (long march). 

Saya jadi teringat sebuah film terbaru yang direkomendasikan Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa, yakni “The Professor and The Madman” (2019). Film ini diangkat dari buku The Surgeon of Crowthorne by Simon Winchester. Buku yang makin sukar ditemukan di toko-toko buku. Kita masih bisa mendapatkan buku tersebut dalam kondisi bekas di marketplace Tokopedia

Adalah James Murray (Mel Gibson) yang nyaris putus asa menyelesaikan proyek ambisius Oxford English Dictionary. Kolega Frederick James Furnivall (Steve Coogan) menyemangati: No language can ever be permanently the same. Musim berganti dan bahasa berkembang. Menyusun kamus adalah ikhtiar yang berkesinambungan.

James Murray telah memulai, dan membuka jalan untuk generasi ke depan lanjutkan. Suatu kamus yang disusun secara demokratis, melibatkan kontributor seluruh masyarakat yang diedit para pakar. Semua boleh ikut, termasuk pasien rumah sakit jiwa, seorang dokter ahli bedah, William C. Minor (Sean Penn) yang berkontribusi lebih dari 10 ribu entri. 

Teknik penyusunan kamus berbasis urun daya (crowdsourcing) ini berkembang hingga kini diperkuat teknologi. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa juga membuka peluang masyarakat mengusulkan lema melengkapi Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Seminar Leksikografi Indonesia 2019 Badan Bahasa membahas bidang lesikografi dengan berbagi informasi mutakhir, pengalaman, dan menyosialisasikan ke masyarakat perihal perkembangan dunia leksikografi.

Tema seminar "Leksikografi dan Literasi", berkaitpaut dengan peningkatan kuantitas dan kualitas kamus yang mendukung gerakan literasi berujung pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini