Gramedia Luncurkan Buku Taman Safari Indonesia


taman safari indonesia

Awal Januari tahun depan, penggemar film antusias menanti penampilan anyar si Iron Man Robert Downey Jr dalam Dolittle (2020). Film yang berkisah tentang dokter yang mampu berkomunkasi dengan hewan ini diangkat dari karya penulis Inggris Hugh Lofting. Tapi tahukah rekan pembaca kalau di Indonesia betulan ada dokter Dolittle?
Dari Akrobat dan Jualan obat

Pada 1950-an, Tony Sumampau bersama abang-abangnya Jansen dan Frans Manansang melewatkan masa kecil bermain bola dan berenang seperti yang dilakukan teman-teman sebayanya. Karena tiap pulang sekolah mereka harus berlatih akrobat untuk ikut orang tua keliling menggelar atraksi dan jualan obat.

“Kita harus latihan handstand 45 menit. Cukup berat tapi kita lalui dengan hati lapang dengan tujuan kita akan berhasil,” kenang Tony dalam peluncuran buku Tiga Macan Safari: Kisah Sirkus Ngamen Sebelum Permanen,” Jakarta Aquarium, Neo Soho, Jakarta, Sabtu 14 Desember 2019.   

Dalam book launching bertema film the Greatest Showman ini terkuak kisah pantang menyerah orang-orang di balik kesuksesan salahsatu wahana paling berpengaruh di Indonesia ini. Adalah sang ayah Hadi Manansang yang menempa tiga anak lelaki yang belakangan lebih dikenal dengan julukan tiga macan menjadi pribadi yang jujur, pekerja keras, berintegritas, dan memupuk kerjasama tim yang solid. 

Hadi merintis usaha hiburan keliling yakni atraksi salto dan bermain trisula sambil jualan obat koyok. Kemudian pertunjukan bervariasi dengan menyuguhkan Bintang Akrobat dan Gadis Plastik (1963-1964). Tiga tahun kemudian, show berkembang menjadi Oriental Show dan berganti nama Oriental Circus Indonesia. Siapa sangka, rangkaian perjuangan ini bermuara pada kehadiran sesuatu yang lebih besar. Berwujud wahana rekreasi berbasis konservasi yang sudah hadir bersama keluarga Indonesia selama lebih dari 30 tahun, dan terus berlanjut.
  


Tidak Direncanakan  

Diakui Tony, ide pendirian taman satwa tidak pernah terlintas di benak keluarga. Awalnya, mereka hanya ingin memiliki tempat untuk para kru serta menampung dan melatih binatang-binatang sirkus. Mengikuti cara sirkus internasional terkemuka Ringling Bros. and Barnum & Bailey Circus, saat musim dingin (winter quarters), hewan-hewan tinggal di kawasan kondusif alamiah agar bisa berkembang biak.   

Hingga saat insiden Tony digigit harimau mengharuskan dia berobat ke Australia. Selama masa pemulihan, Tony menimba ilmu di salahsatu safari di sana. Pulang ke Tanah Air, Tiga Macan menyusun rencana inti (master plan) untuk membangun cikal bakal yang kini disebut Taman Safari Indonesia. Pemilihan daerah di Cisarua Bogor yang sejuk merupakan lokasi ideal bagi hewan-hewan beradaptasi dan berkembang secara alamiah. Pada 1982, Taman Safari Indonesia dibangun di atas lahan kebun teh yang tidak produktif seluas 50 hektar.  

Saat ditanya apa motivasi membuat Taman Safari, Jansen menirukan jawaban orang tuanya. “Mau orientasi bisnis atau konservasi perlindungan? Orang tua saya katakan: mau keduanya; 50% bisnis dan 50% untuk melindungi satwa,” ungkapnya. Terbukti, tidak sekadar destinasi kelas dunia, Taman Safari juga menjadi sarana pendidikan dan penelitian serta lembaga konservasi yang turut andil mendukung program pelestarian bersama Pemerintah.   

Selanjutnya, Tiga Macan saling melengkapi kian kompak membangun Taman Safari. Hingga saat ini Taman Safari Indoensia berkembang dengan kelahiran unit-unit lain yalkni Taman Safari Indonesia II di Pringen Jawa Timur, Bali Safari & Marine Park di Gianyar, Batang Dolphin Center, dan Jakarta Aquarium. 
  
Tony selalu teringat pesan orang tua yaitu apapun bidang yang fokus ditekuni, tidak harus lewat jalur sekolah formal, akan menjadikan kita sarjana atau ahli di bidangnya. Penerbitan buku Tiga Macan Safari ini diharapkan menjadi motivasi kepada generasi penerus bahwa perpaduan kemauan kuat, idealisme, dan kerja keras akan berbuah manis hingga menghasilkan dampak besar bagi keseimbangan hidup antara manusia, hewan, dan alam. 

Buku yang disusun oleh 17 penulis termasuk wartawan senior Rudi Badil ini memotret perjalanan konsistensi anak manusia membangun Taman Safari Indonesia dari masa ke masa. Penasaran? Inilah cerita dokter Dolittle sejati di kehidupan nyata. Yuk dapatkan buku full color setebal 234 halaman ini di toko Gramedia terdekat.