Cita Rasa Masakan Rumahan dan Peluang Bisnis Menjanjikan

nasi peda pelangi

Sejak pemberlakuan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada Maret lalu, emak-emak  di seluruh Indonesia langsung sigap menjadi guru di rumah. Siap tak siap, Para ibu mengambil alih posisi guru sekolah dalam membimbing anak belajar lewat arahan  bapak dan ibu guru via ponsel.

Belajar dari Rumah

Sejak dimulai hari, suara notifikasi pesan masuk di grup WhastApp kelas nyaring saling susul. Satu demi satu anggota meng-update list kehadiran di bilah komentar. Aktivitas pagi hari dibuka kerepotan ortu membangunkan dan menggiring anak ke kamar mandi. Belajar dari rumah layaknya bersekolah seperti biasa. Kita  memindahkan kelas ke rumah dan menerima sepaket tugas tiap hari. Pandemi  memang memaksa kita mengubah kebiasaan lama. 

Belajar dari rumah menyita waktu yang harusnya dialokasikan sebagian untuk rutinitas utama, salahsatunya memasak. Biasanya, istri belanja bahan baku usai mengantar anak ke sekolah. Tapi sekarang, bebannya bertambah karena harus harus lebih dulu menyiapkan kelas dan bersekolah dari rumah.

Tak pelak, istri makin jarang masak demi mendahulukan pendidikan anak. Waktu siang hanya cukup untuk mencuci dan menjemur pakaian serta membereskan rumah. Sore hari ia tepar mengibarkan bendera putih kelelahan. Mau tak mau, saya kerapkali pulang ke rumah menenteng makanan jadi. Kadang istri menyajikan masakan yang dibeli dari gerai makan di depan rumah.

Namanya masakan jadi ya sekadar jadi. Yang ditawarkan di luar lebih dominan varian menu yang kental pengaruh western taste.  Belum dapat  kuliner yang cocok di lidah si orang kampung yang lebih akrab dengan selera nusantara ini. Belum ada makanan yang bisa menggantikan menu masakan rumahan nan simpel namun kaya cita rasa. Hingga saya berkenalan dengan Nasi Peda Pelangi.  

Kangen Masakan Mama

Di tengah kebosanan, been there done that, taste that, menyusur daftar resto di aplikasi, mata tertumbuk ke salahsatu resto bermenu khas ‘nasi peda’. Nama “kampungan” menyempil di antara menu istilah barat. Naluri petualang rasa kami langsung membuncah penasaran dan sontak men-tap nama itu untuk menelusur menu lebih lanjut.

Terpampang nama masakan yang makin memantik rasa kangen masakan mama. Di Resto Nasi Peda Pelangi, selain nama resto yang jadi menu andalan, tersedia Nasi Cumi Hitam Manis, Nasi Ayam Balado Suwir, Nasi Tuna Pesmol, dan Nasi Telor Ceplok. Secara nyaris bersamaan, saya dan istri kompak memilih Nasi Cumi Hitam Manis dan Nasi Peda Pelangi.        

Begitu pesanan datang, tak membuang waktu lagi kami antusias meraih bowl pesanan masing-masing dari kantong ramah lingkungan berbahan telo. Kalimat “Kami Menggunakan Beras Baik” terbaca pertama dari stiker di tutup bowl serta tersemat beberapa tagar: #berasbaikmovement #ramahlingkungan #ramahsosial.

Sesuai namanya, ‘pelangi’, kombinasi menu yang disajikan berwarna-warni dengan rasa yang saling melengkapi. Untuk bowl peda, di atas semangkuk nasi pulen, bertumpuk suwiran ikan asin peda, tumis jagung dan potongan cabai. Tekstur ikan  yang empuk makin lezat berpadu bumbu orisinil. Di sebelah peda, bersandar telor mata sapi yang elok menggoda mata. Kuning cerah dari sunny side-up egg berbingkai putih telur yang meliuk. Hamparkan suwiran peda di bentangan telur, dan yummy, sensasi tebal dari telur menambah lahap makan siang kami. Namanya orang kita, kurang afdol jika belum ada tambahan yang crunchy  ‘gitu. Pilihan tepat kripik kentang garing manis-gurih jadi pelengkap terakhir simfoni goyang lidah yang bikin sumringah.    

Saya tengok pesanan istri, Nasi Cumi Hitam Manis. Bowl cumi punya sensasi lain lagi. Tekstur kenyal dan rasa cumi yang gurih dan pedas dari potongan cabai gendot melambungkan kembali ke kenangan masa kecil. Waktu di mana mama masih sempat menyajikan masakan untuk keluarga besarnya. Seiring bertambah usia, aktivitas mama di dapur makin berkurang. Saya jadi ingin segera kabarkan mertua akan menu kembali ke selera asal dari varian bowl  Nasi Peda Pelangi.  

Peluang Investasi Kuliner Moncer

Nasi Peda Pelangi merupakan warung makan lokal yang punya semangat melestarikan resep turun temurun keluarga, salahsatuya Tumis Peda Jagung. Variasi menu di Nasi Peda Pelangi merupakan inovasi owner-nya, Nadya Pratiwi Purba, yang mengemas menu masakan rumahan ibunda hingga memenuhi selera kekinian.   

Nasi Peda Pelangi memiliki 7 cabang terdiri dari 3 cabang berjalan, 4 cabang baru dan 1 sentral kitchen. Nasi Peda Pelangi hadir di SCBD, Cipete, dan Cinere. Nasi Peda Pelangi mendukung petani nasional dengan menggunakan beras baik yang berasal dari padi yang ditanam secara organik.     

Masa pandemi juga menuntut kita berpikir kreatif beradaptasi, termasuk dalam mengendus peluang bisnis menjanjikan. Ketika banyak bidang usaha yang tumbang diterpa pandemi, ada jenis-jenis usaha yang masih bertahan selalu mencari jalan. Bisnis kuliner salahsatunya. Selain menggenjot penjualan via daring, Nasi Peda Pelangi juga eksis di platform equity crowdfunding (urun dana) yang membuka kesempatan konsumen memiliki bisnis prospek ini.

Cara bergabungnya mudah. Kunjungi situs Santara atau install aplikasi Santara, daftar menjadi Investor, cari dan pilih Nasi Peda Pelangi di list bisnis, dan beli saham Nasi Peda Pelangi. Kita tinggal duduk manis pantau perkembangannya hingga memperoleh dividen 35% dari total investasi. Dividen berasal dari laba bersih yang dibagi per 6 bulan. Mudah dan meguntungkan, ya. Mari tuan dan puan, kita dukung UMKM nasional naik kelas. Berangkat!    

Komentar