Featured Post

Rice Cooker Hilangkan Puluhan Kosakata Sunda

michael rundell  macmillan dictionary

Rekan pembaca yang budiman tantangan pelestarian dan pengembangan bahasa salahsatunya adalah penggunaan istilah asing yang lebih populer ketimbang kata aslinya. Hanya satu kata asing saja sudah bisa menggusur puluhan kosakata satu bahasa daerah. 



Tiga Tahap Masak Nasi  

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Prof. Dr Dadang Sunendar, M. Hum sampaikan hal tersebut dalam Kuliah Tamu Leksikografi: Lanskap Leksikografis Tahun 2018 dan Perihal Penyusunan Kamus Mutakhir”, Aula Sasadu, Gedung Samudra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta (3/5/18).    

Dalam sambutannya, Pak Dadang berbagi cerita terkait Bahasa Ibu -nya yakni Bahasa Sunda. Tentang kesulitan yang dihadapi dalam pengembangan Bahasa Daerah.

Satu kosakata Bahasa Inggris; Rice Cooker (Penanak Nasi) mampu menghilangkan 50 kosakata Bahasa Sunda.    

"Pengembangan Bahasa Daerah sekarang agak susah. Salahsatu tantangannya, perkembangan teknologi. Begitu muncul rice cooker, ternyata ada sekitar 50 kosakata Bahasa Sunda langsung hilang,” ungkapnya.  

Pak Dadang melanjutkan, kita kehilangan seluruh istilah Bahasa Sunda seputar proses menanak nasi. Mulai dari menyiapkan bahan baku hingga nasi matang dan disajikan.

“Beras masuk langsung jadi nasi. Kita kehilangan kata. Mulai dari membersihkan, mengeringkan beras. Ada puluhan kosakata dilewatkan. Anak muda zaman sekarang tidak mengenal lagi," bebernya

Dadang tawarkan solusi. Perlu pertimbangkan orang tua menyuruh anak muda kembali menanak nasi model lama. Dalam proses menanak nasi, terutama di budaya Sunda, terdapat kosakata di tahap pramenanak, menanak, dan pascamenanak

Ada istilah unik dalam proses memasak nasi secara tradisional. Salahsatunya Ngakeul.  Tak sekadar urusan dapur, ia mengandung banyak pelajaran hidup.

Dalam buletin ARRUHANIYYAH Edisi: 01/10/17, Ngakeul adalah budaya Sunda berupa kegiatan mendinginkan sekaligus membuat nasi jadi padat dan awet disimpan. 

Ngakeul yang juga berarti ‘berpikir’ mengandung makna mendalam mengenai pentingnya ikhtiar dalam menjemput rezeki.

Ini baru satu contoh untuk satu kosakata asing yang menggerus kosakata Bahasa Sunda. Belum lagi Bahasa Daerah lainnya yang mungkin memiliki banyak istilahnya tersendiri dalam proses menanak nasi.

Apakah benar hingga 50 kosakata Bahasa Sunda tak terpakai lagi akibat kedatangan rice cooker

Penulis -yang bukan asli Sunda- mencoba membuktikan dengan mengumpulkan kosakata Bahasa Sunda terkait proses menanak nasi. Mungkin rekan pembaca yang urang Sunda bisa meralat atau melengkapi. 

  1. cai: air
  2. beas: beras
  3. boboko: bakul
  4. jubleg: wadah untuk memisahkan gabah yang masih menempel pada beras
  5. hihid: kipas
  6. langseng: alat untuk menyimpan air ketika menanak nasi
  7. suluh: kayu bakar 
  8. hawu: perapian
  9. dulang: alat untuk meyimpan nasi setengah matang
  10.  galo: alat pengaduk nasi setengah matang
  11. aseupan: kukusan beras 
  12. nyeupan: menanak
  13. cukil: alat pengaduk nasi
  14. songsong: peniup perapian
  15. tajen: air bubur nasi
  16. sangu: nasi 
  17. halu: kayu penumbuk padi
  18. seeng: dandang/ periuk
  19. lisung:wadah untuk menumbuk padi berbentuk persegi panjang
  20. tampir: alat untuk menjemur gabah
  21. nyiru: alat untuk mengayak beras
  22. kukumbah: mencuci
  23. wawasuh: mencuci 
  24. ngeueum: merendam
  25. ngarames: meremas
  26. menekeun : menekan (beras)
  27. ngagaringkeun: mengeringkan
  28. kulub cai: rebus air
  29. cai ngagolak: air mendidih
  30. nampuyak: lembek (beras)
  31. sangu: nasi
  32. nyangu : menanak nasi
  33. asak: matang
  34. ditutu: ditumbuk
  35. ditapian: diayak
  36. diisikan: dicuci
  37. dikarihan: dimasak setengah matang
  38. ngarihan: proses memasak atau menyiram beras dengan air panas hingga nasi menjadi setengah matang
  39. diseupan: ditanak. proses mengukus beras yang sudah setengah matang hingga menjadi nasi yang benar-benar matang 
  40. diakeul: diaduk perlahan setelah matang. kegiatan mengaduk (menggunakan cukil) secara perlahan nasi yang sudah matang 
 Sumber : 
1. Makalah Rizki Hidayatullah & Mahmud Fasya (Universitas Pendidikan Indonesia) "KONSEP NASI DALAM BAHASA SUNDA: STUDI ANTROPOLINGUISTIK DI KAMPUNG NAGA, KECAMATAN SALAWU, KABUPATEN TASIKMALAYA" 
2. kamus-sunda.com, 

kuliah tamu leksikografi badan bahasa


Kumpul Lema Lewat Piknik

Laman berita di situs Badan Bahasa memaparkan Langkah Kerja Pemutakhiran KBBI Edisi V. BBI edisi V telah diluncurkan dalam bentuk aplikasi daring (online) pada Oktober 2016. 

Dalam pemutakhiran KBBI itu telah terkumpul 1.000 kata, 114 makna, dan 21 contoh baru. Juga ada usulan yang sudah divalidasi, yaitu 68 perubahan entri dan 30 perubahan makna. 

Pada 6 April lalu, KBBI daring mencapai 127.775 entri dan hasil pencariannya mencapai 15.711.026 entri.

Sejak 2015 hingga April 2018, jumlah lema atau kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terus mengalami peningkatan. Pada 2015 ada sebanyak 90 ribu lema, pada 2016 ada 108 ribu lema. Pada 2017 mencapai 110 ribu lema. 

Perkembangan terkini, di awal 2018, lema yang sudah ada naik menjadi 109.213 lema.  Target 2019, lema yang sudah dimutakhirkan dalam KBBI akan mencapai 114 ribu lema.

Pak Dadang mengimbau segenap karyawan Badan Bahasa untuk melakukan kegiatan kreatif demi pemenuhan target lema. Bisa lewat kegiatan sederhana. 

Piknik, misalnya, yang sering dilakukan Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa terdahulu bersama  para kolega dan karyawan.  

“Kapusbanglin lama, Pak Sugiono, mengajak kami piknik. Kumpul, makan siang bersama. Tiap yang datang diminta membawa dan menjelaskan makanannya. Ternyata hampir setengah yang dibawa itu belum masuk KBBI,” kenang Pak Dadang.

Dipakai Masyarakat

Dalam upaya tak kenal lelah itu. Dengan jumlah lema yang sudah kita miliki. Menyisakan tantangan besar yang mengganggu pikiran.

“Kita masih punya tantangan yang sangat besar. Yang selalu mengganggu pikiran kami. Terutama teman-teman di Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa,” ujar Pak Dadang.

Dalam tantangan itu menyembul pertanyaan penting, sebut Pak Dadang: “Berapa persenkah kosakata atau lema di kamus, yang dibuat susah payah itu, digunakan dan dimanfaatkan sebesar-besaranya oleh masyarakat?. 

Untuk itu, Badan Bahasa terus bersinergi dengan segenap instansi terkait, para akademisi, media massa, juga masyarakat luas. Kerjasama yang mendukung lembaga ini menjalankan amanat undangan-undang.

Narsum Linguis Terkemuka

Tema Kuliah Tamu Leksikografi dianggap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Iptek turut mendorong perkembangan penyusunan kamus.  Penyusunan kamus tidak lagi  terbatas oleh linguis dan pekamus, tapi juga masyarakat sebagai pengguna kamus.

Para peminat dapat  berpartisipasi melalui metode urun daya (crowdsourcing) yang kini diterapkan beberapa kamus; Wiktionary, Macmillan’s Open Dictionary, Oxford Dictionary, dan KBBI. Meski tergolong baru, dengan penanganan yang baik, inisiatif secara digital ini dapat melengkapi kerja para pekamus.

Kuliah Tamu kali ini mendatangkan narasumber Michael Rundell. Seorang Leksikograf yang terkenal dengan The Oxford Guide to Practical Lexicography yang ditulis bersama Sue Atkins. Bersama John Sinclair (1933-2007), linguis ini membangun korpus digital pertama yang kemudian menjadi sumber kamus Collins Cobuild English Languange Dictionary.

Komentar

Postingan populer dari blog ini