Waktu Istirahat, Saat Guru Observasi Murid

seminar parenting guru cerdas dan orang tua bijak

Anak-anak terlahir unik. Dalam konteks di sekolah, satu cara pengajaran belum tentu tepat untuk semua anak. Seyogyanya, guru berikan pengajaran berdasarkan keistimewaan masing-masing anak. Maka perlu deteksi sifat tiap anak. Kapan waktu efektif guru kenali karakter murid? Bila terdengar bel istirahat berbunyi.  

Tiga Ruang

Seniman kawakan Ray Sahetapy berikan tips bermanfaat bagi para ratusan guru yang dengan cermat mengikuti Seminar Guru Cerdas dan Orang Tua Bijak “Menggali Passion Anak Sejak Dini”, Citywalk Gajah Mada, Jakarta, Sabtu 31 Agustus 2019.

Menurut pemain film the Raid ini ada tiga ruang yang bisa dimasuki guru untuk memahami karakter–karakter anak didiknya, yakni tipe pemimpin, pemikir, dan pekerja atau pengikut. Ray punya pandangan, ketika anak-anak beraktivitas dan berinteraksi satu sama lain di waktu istirahat, di situlah guru bisa melakukan observasi untuk mengenali bakat dari masing-masing  sifat anak didik.      

“Kalau 'pemimpin'; ayo kita ke sana. Anak-anak (karakter) pekerja langsung: ayoo. Tapi pemikir akan bertanya; untuk apa ke situ, kenapa tidak ke sini, sih? Tiga ruang anak ini, ibu dan bapak harus paham betul supaya ilmu yang diberikan cocok,” imbuh aktor berdarah Maluku kelahiran Donggala.

Dengan mengetahui sejak awal karakter anak, guru dapat terapkan pendidikan yang pas tanpa harus membebani mereka. Anak-anak kararakter pekerja atau pengikut adalah tipe yang paling banyak ditemukan. Mereka lebih mudah dididik karena patuh dan penurut. Anak-anak yang berjiwa pemimpin akan menjadi asisten bermanfaat bagi guru.

Sedangkan anak-anak yang bertipe pemikir akan menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Anak yang ‘pemikir’ akan mempertanyakan sesuatu yang membuatnya bosan. Beda dari anak-anak tipe ‘pekerja’ yang langsung mengerjakan tugas tanpa banyak bertanya. 

Namun anak kritis cenderung membuat kesal guru. Guru yang salah menilai lalu memarahi anak dengan sifat pemikir itu. Tak jarang mereka dilabeli dengan konotasi negatif yang malah kontraproduktif dengan perkembangan belajarnya. 

“Guru pasti marah. Karena dimarahi, dia jadi malas, lama-lama jadi bodoh. Ini persoalan. Tiap ada kata dari anak-anak kecil pemikir ini harus kita tangkap supaya perkembangannya jelas,” beber Ray.  

seminar parenting dan anak-anak

Jangan Larang, Awasi Anak

Sebagai orang tua dari anak-anak yang berkebutuhan khusus, Ray paling paham pola pengasuhan yang tepat hingga membesarkan anak-anak yang berhasil melampaui keterbatasan dan berprestasi internasonal. Menurut Ray, jangan larang anak-anak, karena, nalurinya akan merasa bersalah kalau dilarang. Biarkan mereka bebas berekspresi dengan tetap mengawasi dan memantau perkembangannya.

Kemudian datang pertanyaan menarik dari salah seorang guru yang memiliki murid berkebutuhan khusus yakni daya penglihatannya yang terbatas. Bagimana pola pengajaran yang cocok baginya.

Ray menyampaikan, kesamaan manusia yang terlahir dengan indera lengkap dan yang yang punya keterbatasan fungsi indera--dalam hal ini indera penglihatan, adalah kita sama memiliki imajinasi. Meski tak mampu melihat, si anak masih bisa berimajinasi. Latihlah daya imajinasi hingga menjadi kelebihan.

“Kelebihan ini yang diangkat supaya dia bisa berbagi, dan mencerdaskan orang lain. Kalau dia bisa, dia dihormati orang lain. Jadi jangan cengeng minta diperhatikan," sebut Ray.  

Cara melatih dan mengembangkan imajinasi adalah dengan membuka lebih dulu pikiran mereka, bukan mata atau hati. 

“Ruang itu yang Allah berikan harus kita jaga dan kembangkan. Karena yang terbuka pertama kali itu apa? Mata? Hati? Bagaimana membuka hati?” tandas aktor yang berkali-kali menjadi nominator aktror terbaik FFI.

Makanya, lanjut Ray, sebelum bangun tidur membuka mata mendengar suara pangilan ibu, pastikan kita membuka pikiran lebih dulu. Kita bayangkan dan rencanakan kegiatan hari ini. Jika sudah ada gambaran langkah-langkah yang ingin dilakukan, barulah kita membuka mata. Dengan begitu anak belajar menentukan sendiri aktivitas hari ini, lewat rencana-recana yang telah dibayangkan tadi.     

Dengan demikian, anak pun belajar menentukan nasibnya sendiri. Persoalan nanti dibengkokkan atau ada perubahan rencana, itu soal lain. Tapi setidaknya anak sudah berlatih menyusun kegiatan sehari penuh. Buka jendela dan biarkan sinar matahari masuk, lalu bersihkan tempat tidur dan mandi fan seterusnya sampai tiba di sekolah. Jadi, anak sudah menciptakan kebahagiaannya sendiri sebelum membuka mata. 

Seminar dipandu CEO dan Master Coach Frans Lepong. Founder Amazing Kids dan Golden Mind ini juga menjadi narasumber membawakan materi bertajuk hypnoteaching. Sebelumnya, hadir dr Ivan Adipurna Chandra yang menjelaskan tentang  tumbuh kembang anak.  

Tampil juga Budi dari Gramedia Book and Retail Publishing mengabarkan program Gramedia bernama LALALIT. Program strategis ini melibatkan pihak sekolah, guru dan murid serta orang tua untuk bersama mengadakan kegiatan di bidang literasi.

Gramedia siap mendatangkan penulis dan narasumber kompeten sesuai kebutuhan tiap sekolah yang dikemas dalam kegiatan interaktif, dan bermanfaat. Mau menggelar seminar pendidikan dan pameran buku, yuk mari. Ingin menyelenggarakan lomba dan kompetisi, monggo. Apa saja pokoknya semarak. Wah, menarik ya.    

Seminar yang dihadiri sebagian besar oleh Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) se-Jakarta Barat ini dibuka secara resmi oleh Wakil Walikota Jakarta Barat Muhammad Zen dan dihadiri Ketua PGRI Provinsi DKI Jakarta Agus Suradika.

Komentar