Anak Sulit Belajar? Orang Tua Harus Empati

  

pembelajaran jarak jauh

Di pengujung materi, sang narasumber mengajak role playing. Kami serempak berdiri lalu menekuk kaki, bersikap seolah sedang duduk di kursi. “Bagian mana yang pegal?” Tanya si pembicara. Ketegangan mulai menjalar di sekitar paha. 


Empati Kepada Anak

Belum selesai di situ, masih di “posisi duduk”, kami mengambil pensil menuliskan huruf A, a, dan nama masing-masing. Setelah itu kita berdiri kembali.   

Di role play kedua, kami berdiri dan membuat huruf a dengan gerakan pinggang, kaki kanan melakukan gerakan menulis huruf z, kaki kiri menulis huruf b, leher melakukan gerakan membentuk hufuf z. Setelah itu baru goreskan huruf-huruf itu ke atas kertas. Bandingkan perbedaan dari kedua role play tersebut.

Jadi, kami baru saja mensimulasikan dua metode pengajaran menulis untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Cara pertama, anak langsung disuruh pegang pensil dan diajarkan menulis. Padahal kondisi keseimbangannya belum kokoh. Ingin tahu rasanya? Ibarat kita duduk tanpa kursi. Cara kedua, dianggap lebih tepat, karena mengenalkan huruf lewat gerakan tubuh. Sesuai dengan tahap awal perkembangan indra anak.  

Usia PAUD adalah masa di mana anak masih melatih indra sentuhan, indra kehidupan, indra gerakan, dan indra keseimbangan. Kelima indra ini masuk di kelompok indra rendah, yakni tahap pertama dari 3 tahap yang mencakup total 12 indra. 

Tunggu, deh. Bukankah indra itu ada lima? Ada Indra peraba, indra penglihatan, indra pendengaran, indra penciuman, dan indra pengecap. Jadi, begini pejelasannya. 

“Kita tahu anak sulit belajar, tapi kita tidak punya empati. Pertama dari empati tubuh. Belajar untuk anak harus dengan gerak, musik, dan nada. Ajarkan menulis dengan seluruh tubuhnya. Gerakan berputar di kepala mensimulasi indra keseimbangan,” ungkap Psikolog Klinis Ifa Hanifah Misbach dalam BloggerHangout: "Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh", Virtual 6th Anniversary Bloggercrony Community (BCC), Sabtu, 6 Maret 2021 via Zoom Meeting.  Webinar dimoderatori Helen Simarmata.

Lebih lanjut Kak Ifa paparkan, sebelum anak mencapai kematangan intelektual, emosi, dan spiritual, ada pondasi kecerdasan yang harus dikokohkan lebih dulu, yaitu kecerdasan tubuh (body intelligence). Latih perkembangan sensorimotorik anak sebelum melangkah ke kognitif dengan pengetahuan baca, tulis, dan hitung (calistung). 

Maka, ketika kita kenalkan matematika ke anak, ajarkan konsep abstrak ini dengan konkret lewat gerak dan lagu. Dari cara anak memegang pensil juga bisa kita petik buah empati. Orang dewasa lebih mudah menggenggam pensil karena otot bahu sudah kuat. Sedangkan anak butuh kekuatan lebih. 

Belum lagi untuk aktivitas lain semisal menggunting, mengelem, menempel, melempar, dan menangkap bola. Jadi lumrah bila anak belepotan, guntingan mencong, dan membuat berantakan, karena memang kelompok indra rendahnya masih butuh diasah.    


 

pembelajaran holistik


Kenali 12 Indra
 Steiner

Kelima indra yang selama ini kita ketahui ternyata baru sebagian dari organisasi indra manusia. Kita perlu mengenal 12 indra agar pembelajaran berlangsung holistik. Konsep 12 indra ini pertama kali dicetuskan 100 tahun lalu oleh filsuf pendidikan dan ahli antrosofi Robert Steiner.  

Konsep pendidikan holistik ini sejalan dengan “Konsep Trisakti Jiwa” dari Ki Hadjar Dewantara yakni keseimbangan karsa (kemauan), rasa (perasaan), dan cipta (pikiran).

Dua belas indra yang terbagi menjadi 3 bagian itu adalah sebagai berikut: 

 

1.  The Lower Senses – “Willing” Senses (Kelompok Indra Rendah – Indra Yang Mendorong “Kemauan”). Indra ini berkembang sejak di hari pertama kehidupan dan tumbuh sepanjang masa kanak-kanak (usia 0-7 tahun). 

 

a.    Sense of Touch (Indra Sentuhan)

 

b.    Sense of Life (Indra Kehidupan)

 

c.     Sense of Movement (Indra Gerakan)

 

d.  Sense of Balance (Indra Keseimbangan)

 

  

2.  The Middle Senses – “Feeling” Senses (Kelompok Indra Tengah – Indra Yang menumbuhkan “Perasaan”) yang berkembang sekitar usia 7-14 tahun. 


a.    Sense of Smell (Indra Penciuman)

 

b.    Sense of Sight  (Indra Pengihatan)

 

c.     Sense of Taste (Indra Perasa)

 

d.   Sense of Warmth (Indra Kehangatan/ Suhu) 

 

 

3.  The Upper Senses – “Thinking” Senses (Kelompok Indra Atas – Indra Yang Terkait “Kognitif atau Pembentukan Konsep”). Indra ini berkembang sekitar usia 14-21 tahun.

 

a.    Sense of Hearing (Indra Pendengaran)

 

b.    Sense of Word/ Speech (Indra Bicara)

 

c.     Sense of Thought (Indra Akal Pikir)

 

d.    Sense of Ego (Indra Kepekaan) 

 

Empati Kepada Guru

Jadi, jika anak kini kesulitan konsentrasi dan menangkap pelajaran, jangan dimarahi. Coba ingat-ingat, adakah tahapan pembelajaran dari 12 indra itu yang kita loncati? Belajar untuk berempati dengan kondisi anak lalu mencari solusinya. Connection before correction, istilah dari Kak Ifa. Kita bangun hubungan emosional dulu ke anak sebelum kegiatan belajar.  

Di sisi lain, sekolah di masa pandemi menimbulkan kehebohan baru. Tantangan PJJ, lanjut Kak Ifa, ada di kestabilan emosi. Drama dimulai dari membangunkan anak, mengikuti instruksi guru lewat WhatsApp, terpaku di Zoom, hingga kendala di proses penyerahan tugas. 

Orang tua stres, rutinitas lainnya terbengkalai. Anak tertekan, mendapati ibunya sering marah tiap hari. Yang enak jadi guru sekarang, tinggal kasih tugas, beres. Benarkah? Kak Ifa ingatkan, tantangan guru di masa corona pun tidak kalah sengit. Pandemi harusnya mengajarkan kita untuk menebar empati. Selain ke anak, kita juga seyogyanya berbagi rasa dengan guru. 

"Dia juga orang tua. Dia juga punya anak. Dia juga musti masak di rumah. Dia juga punya keluarga yang mesti diperhatikan. Dia baru tutup laptop, orang tua sudah mencecar. Dia sendiri belum napas. Pernah kita empati di posisi itu?" tandas Kak Ifa.  


Alangkah baiknya bila momentum PJJ menjadi ajang kolaborasi orang tua dengan guru. Ortu jangan cuma protes, tapi juga asertif memberikan solusi. Jika kita saling berempati, timbul rasa syukur dan sabar. Stres pun mereda. PJJ berlangsung lancar. Selanjutnya kita fokus perjuangkan hal yang utama. Ingat pesan Komisi Pelindungan Anak Indonesia (KPAI). Hak pendidikan anak di masa pandemi ada tiga, yakni Hak Hidup, Hak Sehat, dan Hak Pendidikan.  

“Yang penting anak kita hidup dan sehat. Ketinggalan pelajaran dan kompetensi di masa pandemi tidak masalah. Itu masih bisa dikejar kalau anak kita hidup dan sehat,” imbuh Kak Ifa.  

Tak cuma jasmani, kesehatan mental juga jangan diabaikan. Maka, sekali lagi, berempati menjadi kunci. Jaga diri kita tetap waras terlebih dulu. Tak perlu gregetan bila anak bosan di depan Zoom, sebut Kak Ifa, karena memang perangkat ini bukan untuk kegiatan bersekolah. Zoom adalah alat untuk orang bertemu, mengobrol, dan berbagi pengalaman. 

Justru di masa pandemi, ujar Kak Ifa, memungkinkan orang tua punya banyak waktu mengidentifikasi potensi anak. Jangan sedih kalau kompetensi anak tidak memenuhi  standar sekolah. Anak kita pintar bicara, siapa tahu kelak besar jadi diplomat. Anak kita gemar corat-coret di tiap sudut rumah, siapa tahu nanti jadi seniman terkenal. 

Optimisme ini bersambut dengan paparan Kang Maman dan Shafiq Pontoh dalam BloggerHangout: Senjakala "Content Creator"yang berlangsung sebelumnya. Bahwa jenis kompetensi yang prospektif di masa depan adalah kemampuan di bidang-bidang spesialis. Jadi sungguh tepat bila anak sudah diarahkan minatnya sejak dini. Webinar yang mengulas soal pengasuhan (parenting) ini juga menghadirkan Mom Influencer Kania Safitri yang turut membagi pengalaman bagaimana menghadirkan Keluarga Jempolan di tengah pandemi.

Pengalaman Pertama Ikut BloggerDay 

Selain tangguh hadapi tantangan belajar anak, semangat Keluarga Jempolan juga hadir di kegigihan BCC Squad menjemput peluang bisnis. Komunitas yang terdaftar resmi di Kemenkumham ini juga memiliki ciri khas menghimpun segenap potensi anggotanya, di antara  lewat program BloggerPreneur. Bahkan salah satu anggota berhasil masuk 10 besar yang berkesempatan memperoleh pembiayan dari sebuah brand layanan komunitas online.  

Yang juga spesial, ada total 13 BloggerPreneur di bidang fesyen, kuliner, aksesoris, hampers, dan fotografi mendukung BloggerDay 2021. Dari sejumlah jenama inilah para peserta memperoleh banyak hadiah dan bingkisan. BloggerPreneur pendukung #BloggerDay2021 adalah:


     1.    @ebigsoo_fashion

      2.    @geraiaksesoris2

     3.    @katalensaku_photoworks

     4.    @henna_hijab_collection

    5.    @photo_coffee_

   6.    @sreehandmate

   7.    @resepdapurayah

   8.    @duorajistore

  9.    @anesacooking

  10. @aykoprojects

  11. @makarame

  12. @dapursesukahati

13. @asiboostertea 


Komunitas Bloggercrony Indonesia berdiri pada 24 Februari 2015. Keikutsertaan pertama kali saya di BloggerDay 2021 sungguh istimewa. Betapa tidak? Sebelumnya, selama 5 tahun, saya hanya  mendengar dan melihat dokumentasi semarak tiap tahun BloggerDay Bloggercrony. Terutama dari gelora para peserta. Foto dan video kemeriahan bermunculan silih berganti di lini masa. 

Selama ini, sebelum pandemi, kemeriahan BloggerDay berlangsung di berbagai lokasi menarik. Agenda acara berisi varian sesi untuk meningkatkan kapasitas narablog lewat program BloggerHangout. Ada kawan yang selalu ikut hingga mengoleksi memorabilia BloggerDay. Saya saja mengenakan pin BloggerDay serasa achievement unlocked. Setara kepuasan saya semasa bergabung pramuka yang menyematkan emblem prestasi di seragam. 

Kuota peserta BloggerDay 2021 dibatasi 100 orang, dan saya beruntung menjadi salah satu di antaranya. Co-Founder Bloggercrony Satto Raji sampaikan, porsi peserta BloggerDay 2021 terbagi fifty-fifty, antara yang pernah ikut dan yang baru pertama kali bergabung.  

Menapaki tahun keenam, BloggerDay digelar secara daring. Kendati demikian, hal ini tidak mengurangi antusiasme BCC Squad mengikuti Zoom dari pagi hingga sore hari. Founder Bloggercrony Wardah Fajri kagum dengan semangat BCC Squad yang dari pagi sudah anteng di ruang tunggu hajatan daring berdurasi 7,5 jam ini. Wow, waktu melintas cepat jika kita menikmati tiap detiknya. 

Acara yang didukung KITATAMA EVENT @kitatama.id ini dipandu Gita Siwi sebagai Host BloggerDay 2021. Acara online memungkinkan saya bisa santai mencatat materi secara lebih lengkap, sambil menikmati kudapan dan kopi di rumah. Hikmah BloggerDay 2021 digelar secara daring adalah acara ini bisa diikuti seluruh keluarga. Terutama saat sesi Virtual Family Trip bersama Idfi Pancani berlangsung. Berakhir pekan rumah juga bisa seru dan mengasyikan. Klop deh dengan istilah "Keluarga Jempolan” yang jadi tema BloggerDay tahun ini. 

Sebagai penyeimbang, selain semarak di acara, BloggerDay 2021 juga menunjukkan kepedulian dengan mengumpulkan donasi untuk rekan-rekan anggota yang membutuhkan. Ini merupakan wujud dari salah satu program Bloggercrony yakni BloggerCare. Bloggercrony andil dalam berbagai penggalangan dana, termasuk untuk korban bencana di Selat Sunda, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, serta di Jakarta, Tangerang, Bekasi, dan Bogor.   

Dalam BloggerDay 2021 diumumkan Most Wanted Blog Award 2021. Penghargaan ini diberikan untuk narablog yang paling konsisten menginspirasi lewat post organik atau non-sponsored yang dibagikan di Laman Facebook BloggercronyAnugrah Blog Paling Dicari tahun ini jatuh pada Helva Yulyanti pemilik blog Bunda Nameera. 

Ada satu hal yang menarik, meski sederhana, namun memberi kegembiraan tersendiri bagi 100 peserta BloggerDay. Bloggercrony memastikan keseratus peserta ini berpeluang memperoleh hadiah, mulai dari lucky draw, quiz prize, hingga best social media post. Satu hal yang baru saya temui dalam sebuah event

official merchandise

Jadi, tidak ada yang log out tanpa menenteng buah tangan. Tak heran bila BloggerDay 2021 dibanjiri hadiah dari sana-sini. Termasuk saya yang di menit terakhir belum kunjung mujur, akhirnya dapat juga. Saya mendapat saldo e-wallet untuk kompetisi posting di Instagram tentang keseruan BloggerDay 2021. Ah, senangnya hati ini. 

Eits, masih ada lagi. Saya juga memperoleh hadiah yang tepat untuk seorang musafir. Handspray sanitizer, dan masker (masih ditambah saldo e-wallet!) melengkapi keamanan dan kenyamanan saya berkelana di masa pandemi. Apalagi ditemani pouch serbaguna Bloggerday 2021 yang berdenyar warna rubah api Naruto. Sekarang saya pun memiliki memorabilianya!

Selamat Bloggercrony, atas terselenggara sukses BloggerDay 2021. Pengalaman pertama ikut BloggerDay dan secara virtual pula. Ikut secara daring saja sudah seseru ini. Apalagi nanti tiba saatnya kita dimungkinkan kembali bertatap muka. Semoga kita masih diberi kesempatan bersua. 

Terima kasih Ketua Panitia Fawwaz Ibrahim beserta Tim untuk performa solidnya.  Berkah senantiasa untuk Bloggercrony.  Komunitas yang konsisten merawat ekosistem kondusif bagi anggota lewat kekuatan BloggingNetworking, dan Empowering, sesuai slogannya. Terima kasih untuk Sabtu yang berkesan. Banyak ilmu yang didapat dalam sehari penuh. Izinkan saya meresapi momen inaugurasi menjadi BCC Squad. Sampai jumpa di BloggerDay 2022. Insyaallah. Semoga pandemi segera usai. Amin. Terima kasih. Tabik.      

Komentar