Ismail Fahmi Ungkap Cara Drone Emprit Olah Data

 

ismail fahmi media kernels indonesia drone emprit

Rekan pembaca yang budiman, siapa yang penasaran dengan tampilan semburat percakapan di media sosial ala Drone Emprit? Tiap kali pencipta Drone Emprit Ismail Fahmi menjelaskan suatu Social Network Analysis (SNA), penampakan grafis garis acak warna-warni ini selalu menyertai. Biasanya terkait saling interaksi antara pengguna Twitter.     


Twitter Paling Favorit    

Mengapa Drone Emprit sering mengambil data dari aktivitas di Twitter? Bukankah masih banyak patfrom media sosial populer lain, yakni Facebook, Instagram, dan Youtube. Menurut Fahmi, Drone Emprit memang biasanya mengambil data dari  lima sumber utama yaitu Twitter, Facebook, Instagram Youtube, dan media-media online. Kelima  sumber data ini di-crawling dan dianalisis.  

Jika selama ini analisis terbuka kebanyakan dari Twitter, karena hasil dari platform bersimbol burung biru ini saja sudah bisa tersaji data 30 halaman. Belum ditambah hasil analisis dari Facebook sekitar 5 halaman. Bahkan, kata Fahmi, kalau mau menganalisis secara lengkap untuk satu isu dari data di Twitter saja, bisa sampai 70 halaman. Jadi, kenapa Drone Emprit lebih banyak menyajikan hasil analisis forensik dari Twitter lebih ke alasan efisiensi waktu. 


Apalagi, bila kita mengambil data dari sumber lain, misal WhatsApp dan Instagram, biasanya bermuara ke Twitter juga.  Maka, untuk menyajikan data secara cepat terkait isu aktual, sudah cukup memadai dengan mengambil data dari Twitter dan media daring.    

“Drone Emprit untuk komersial, dan analisis kita kepada klien, semua kita kasih lengkap. Untuk analisis publik yang cepat, biasanya di Twitter,” sebut Fahmi dalam Kelas Daring Laboratorium Forensik Kebahasaan “Potensi dan Pemanfaatan Big Data dalam Riset Forensik Kebahasaan”, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Zoom Meeting, 29 Juli 2021.   

Drone Emprit merupakan layanan berbayar Social Network Analysis (SNA) yang memanfaatkan Artificial Intelligence dan Natural Learning Process (NLP). Bagi yang ingin memanfaatkan layanan besutan Fahmi ini secara cuma-cuma, bisa meluncur ke Drone Emprit Academic. Layanan ini gratis, karena hanya menyediakan data terbatas dari Twitter saja. Data dari Twitter lebih mudah dicari, dan cukup lengkap tersaji. Fahmi membebaskan para user mengakses fitur Drone Emprit Academic dengan syarat harus berkontribusi dan menulis.



Akun Bot, Kloning, dan Anonim 

Twitter itu rentan dengan akun bot, kloningan, dan anonim. Lantas, apakah akunnya valid dianalisis? Fahmi memaparkan, hal tersebut terkait authorship. Drone Emprit menggunakan data dari semua tipe akun media sosial, baik bot, kloning, maupun Anonim.   

Akun anonim tidak selalu akun bot. Ada akun anonim yang memang dikelola manusia secara personal. Akun ini berperilaku natural, karena ada orang yang mengerjakan. Apalagi, dunia maya tidak mewajibkan pengguna menampilkan diri apa adanya. Anonimitas masih menjadi kekuatan internet. Ada orang yang ingin melindungi diri dalam mengekspresikan  opini dan pendapat karena petimbangan tertentu. Jadi akun anonim itu valid menjadi sumber data. 

Sedangkan akun bot  biasanya bekerja secara masif, dan otomatis, sehingga kontennya seragam, tidak unik, dan tidak organik. Namun akun tipe ini juga valid untuk dianalisis. Justru, menurut Fahmi, di sinilah salah satu faktor esensial dalam proses forensic analysis. Begitu akun robot banyak turun bermain dalam suatu isu, hal ini memunculkan makna yang patut diwaspadai. 

“Ketika ada robot, artinya ada pihak yang sengaja tidak ingin diketahui jejaknya, tidak ingin diketahui siapa dia, dan dia menggunakan robot mempengaruhi opini publik. Bahaya sekali, kan. Malah di situlah letak bahayanya,” beber Fahmi.   


Lantas, selanjutnya apakah data dari Twitter itu valid untuk tulisan ilmiah?  Jika kita ke Google Scholar, lanjut Fahmi, banyak tulisan soal analisis media sosial, menggunakan Twitter sebagai sumber data utama. Penggunaan Twitter sebagai sumber data, jauh lebih banyak dari Facebook Instagram, Youtube, dan lainnya.  Jadi, soal validitas data, Twitter sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Tulisan dari Drone Emprit Academic di Google Scholar sudah ada sekitar 170 tulisan dan artikel, baik Indonesia maupun inernasional. 

Hadir juga sebagai narasumber Kelas Daring Laboratorium Forensik Kebahasaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Peneliti LIPI M. Alie Humaedi, dan Praktisi dari Universitas Bayangkara Surabaya Budi M. Mulyo.

Komentar

Postingan Populer

Serunya Belajar Ekonomi Syariah dan Jurnalistik

Rice Cooker Hilangkan Puluhan Kosakata Sunda

Mau Makan Apa? Semua Ada di Huk Family Resto