Kuasai Sintas Agar Tak Tersesat Bahasa

  

seminar dan lokakarya badan bahasa di ancol
(dok. badan bahasa)

Dalam pengujian kemahiran berbahasa, terdapat empat jenjang kompetensi yaitu Sintas, Sosial, Vokasional, dan Akademik. Tingkatan kemahiran mulai yang terendah hingga tertinggi ini memiliki konteks penggunaan sesuai kebutuhan para penutur.

 

Jenjang Kemahiran Bahasa

Kemahiran berbahasa level Sintas ialah kemahiran berbahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari untuk memenuhi kebertahanan hidup. Kemahiran berbahasa level Sosial ialah kemahiran berbahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari untuk berinteraksi secara sosial dengan orang lain. Kemahiran berbahasa tingkat Vokasional ialah kemahiran berbahasa yang digunakan dalam berkomunikasi untuk kebutuhan keprofesionalan. Kemahiran berbahasa jenjang Akademik ialah kemahiran berbahasa yang digunakan dalam berkomunikasi untuk kebutuhan keilmiahan.     

Meski Sintas adalah kompetensi yang paling sederhana, namun dalam kondisi tertentu sangat berperan di lapangan. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa E Aminudin Aziz mengungkapkan pengalaman waktu berkuliah di Australia. Beliau berbagi cerita saat menuntut ilmu di Negeri Kanguru, tepatnya ketika  suatu hari ia membayar ongkos bus.     

“Saya membayar ongkos, dan menerima kembalian. Saya katakan thank you very much. Ekspektasi saya, jawabannya adalah you are welcome,” kenangnya dalam  Seminar dan Lokakarya Kemahiran Berbahasa Indonesia, Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, 2 November 2021 di Hotel Mercure Ancol Jakarta. 

Pak Aminudin yakin karena itulah jawaban yang biasa diajarkan guru-guru sejak Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, juga di perguruan tinggi bahkan di kursus dan pelatihan. Namun ternyata jawaban sang sopir adalah no worries. Beliau tertegun sejenak, lantas membalas don't worry.  Respons pun berganti, kini si driver yang bingung.     

 

Bukan Dilarang Berdiri 

Cerita berikutnya, waktu Pak Aminudin dan kawan-kawan sesama mahasiswa Indonesia sedang menunggu bus di sebuah halte. Di bus loop tersebut terpampang tulisan “No Standing Anytime”. Kemudian, dengan polosnya, beliau beserta teman-teman pun berjongkok yang direspons gelak oleh rekan-rekan lain yang menyaksikan. Ternyata arti “No Standing Anytime” adalah dilarang parkir.        

Waktu itu Pak Aminuddin berusia sekitar 25 tahun. Sebelum berangkat kuliah ke luar negeri, beliau telah lulus ujian International English Language Testing System (IELTS), dan menyelesaikan beberapa pelatihan bahasa Inggris. Maka, kemahiran berbahasa Inggrisnya sudah berada di level Akademik. Demikian juga kawan-kawan mahasiswa yang lain, ada yang bersiap melanjutkan ke jenjang S2, dan S3. Kompetensi kebahasan di level Akademik harus dikuasai mahasiswa magister atau doktoral. Kendati demikian, berkaca dari dua kejadian tersebut, ternyata di level Sintas, mereka masih menghadapi tantangan yang berarti. 

“Pengujian bahasa itu tentang sesuatu yang kompleks. Bisa saja, kita sudah sampai di Akademik, ternyata di Sintas belum mahir,” pungkasnya. 

Untuk itu, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengimbau peserta agar terus mengasah kompetensi di tiap jenjang, termasuk Sintas yang ternyata lebih sering dipakai di kehidupan nyata, terutama bagi yang berada di luar negeri. Sesuai namanya, Sintas bermanfaat untuk kita mampu survive di negeri orang, hingga tidak tersesat di penerjemahan alias lost in translation. 

Seminar dan Lokakarya Kemahiran Berbahasa Indonesia difasilitasi Badan Bahasa sebagai ajang ilmiah untuk para pegiat kemahiran berbahasa Indonesia berbagi ilmu kebahasaan, hasil riset, dan informasi teknologi terrbaru. Acara yang diresmikan Mendikbud-Ristek RI Nadiem Makarim ini juga menjadi kesempatan para pengguna Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia(UKBI) menyampaikan masukan dan rekomendasi bagi kemajuan layanan di bidang kemahiran berbahasa Indonesia.

Komentar