David Hidayat, Penjaga Pantai Sungai Pinang Sumatera Barat

 

pantai sungai pinang pesisir sumatera barat
(sumber: IG David Andespin)


“Berisiko, Bang. Alhamdulillah, sampai sekarang kami baik-baik saja,” jawabnya. Penulis bertanya ke sosok pemuda penyelam yang menceritakan kegiatan merawat terumbu karang di Pantai Sungai Pinang Sumatera Barat.  


Mangrove dan Terumbu Karang 

David dan kawan-kawan biasa menyelam selama 2 jam. Dari ikan batu, barakuda, hingga hiu biasa ditemui David Hidayat (35) alias David Andespin tiap melakukan diving. Andespin merupakan akronim dari ‘Anak Desa Sungai Pinang’, sebutan untuk komunitas rumah belajar yang didirikannya. Kegiatan konservasi termasuk monitoring transplantasi terumbu karang dengan memperbaiki ikatan bibit-bibit yang lepas akibat arus. 

Ikhtiar melestarikan terumbu karang berangkat dari keprihatinan David melihat kesulitan nelayan mencari ikan. David kecil ingat, dulu ikan mudah ditemukan di tepian. Tapi, akibat degradasi ekosistem terumbu karang, kini mereka harus melaut jauh ke tengah. Perilaku manusia jadi penyebab utama kerusakan terumbu karang. Kerusakan terumbu karang akibat dari sampah domestik, dan pelemparan jangkar secara sembrono. Kebakaran hutan juga menyebabkan pemutihan karang. 

Bergerak secara komprehensif memperbaiki ekosistem, sebelumnya David sendirian menanam bakau (mangrove) di pesisir Pantai Supi. Inisiatif dia muncul dari kejadian abrasi yang meluluhlantakkan pemukiman masyarakat di sekitar pesisir di 2014. Keteladanan ini memicu banyak masyarakat yang tergerak turut melakukan upaya pelestarian.     

Konsistensi David dan kawan-kawan membuahkan dukungan Pemerintah Pusat sampai Nagari yang memfasilitasi kegiatan konservasi. Begitu juga dari pihak swasta lewat Corporate Social Responsibility (CSR). David menuturkan, bantuan alat selam diberikan Pemerintah Nagari pada 2016. Bantuan boat dari Dinas Pariwisata, Pemuda Dan Olahraga Kabupaten Pesisir Selatan pada 2019. Bantuan alat selam, alat membatik, dan kopi mangrove diberikan BPSPL/KKP pada  2020. Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) II juga mendukung kegiatan konservasi. Adapun bantuan CSR dari beberapa perusahaan mendukung kegiatan penanaman mangrove, kaliandra, dan terumbu karang. 


 

Rumah Belajar Andespin 

Lewat komunitas Andespin, David juga mengedukasi warga untuk bersama merawat keberlangsungan lingkungan dan alam. Termasuk ke anak-anak, lewat pembelajaran unik yang diawali ketidaksengajaan. Bermula dari rasa penasaran anak-anak akan penampakan sebuah papan selancar di markas Andespin.   

“Ada papan surfing bekas di basecamp, dan ada anak-anak yang meminjam sekadar penasaran. Besoknya makin banyak anak-anak ke bascemap,” imbuh David.   

Enggan melewatkan antusiasme mereka, David mencari bantuan surf board bekas dari kawan-kawan pegiat surfing. Berbekal papan-papan ini, David menentukan aturan main. Bagi anak yang membaca buku, paling tidak setengah jam tiap hari, mereka boleh meminjam papan surfing. Anak-anak makin semangat. Belajar dan bermain. Andespin juga melibatkan mereka dalam kegiatan menanam mangrove dan terumbu karang. Jadi, proses kaderisasi juga berjalan yang dipersiapkan sebagai penerus.       

Atas dedikasinya, David ditetapkan sebagai salahsatu dari 6 sosok muda inspiratif peraih SATU Indonesia Awards 2022 Astra. Keenam pemuda berprestasi ini terpilih dari seleksi total 13.459 peserta yang mendaftar 13th SATU Indonesia Awards 2022. David menganggap penghargaan ini menjadi “utang” bagi dirinya agar konsisten memberikan yang lebih baik.   

Untuk itu, David terus menjalin kerjasama dengan berbagai pihak guna memenuhi kebutuhan kegiatan, di antaranya, peralatan selam, dan perluasan kawasan konservasi Sungai Pinang. David bercita-cita, Nagari Sungai Pinang bisa menjadi desa percontohan konservasi khususnya terumbu karang dan mangrove. Pada 2024 nanti, David mendambakan Sungai Pinang sudah punya laboratorium hidup hutan mangrove dan taman bawah laut. Begitu banyak potensi kelautan dan perikanan, pertanian, serta ekowisata di daerah kelahirannya. 

Jadi, beneran tidak takut nih, Bro? tanya saya ke David, kembali berkelakar soal ikan-ikan eksotis itu. “Dibawa tenang saja, Bang. Kami belajar mengenal karakter hewan berbisa dan beracun. Sebelum menyelam, kita berserah diri pada Yang Maha Kuasa,” tandasnya. Aih, memanglah, terasa nuansa spiritual yang esensial dari mereka yang mesra dengan alam. If we take care of nature, nature will take care of us.    

 

Komentar