Seminar Hasil Konservasi Bahasa dan Sastra, Merumuskan Kembali Upaya Pelindungan Bahasa dan Sastra Daerah https://t.co/xWAu1Lgzuh pic.twitter.com/IelAhHAfhc— Badan Bahasa (@BadanBahasa) 16 November 2017
Perkembangan big data sangat
berguna salahsatunya dalam pendokumentasian. Tak ketinggalan, Badan Bahasa
Republik Indonesia kini menggalakkan proses digitalisasi dalam upaya konservasi
bahasa. Yang kini disebut dokumentasi bahasa adalah kumpulan materi rekaman
digital sebagai data primer dari salahsatu bahasa yang dilakukan secara terus
menerus dan multi guna sehingga menjadi sumber pengetahuan bahasa dan kebudayaan.
Hanya dimiliki Pribadi
Dokumentasi
bahasa secara digital sangat penting karena ia bersifat tahan lama. Sehingga tidak
menghabiskan banyak biaya dan meminimalisir risiko. Kalau terjadi bencana alam misalnya, di mana tempat
penyimpan dokumentasi fisik terkena dampaknya, dokumentasi digital masih
tersimpan aman di awan.
Jangankan bicara dokumentasi bahasa dalam konteks digital, ternyata pendokumentasian bahasa di Indonesia belum ada. Beda hal dengan pemetaan bahasa yang sudah
dikerjakan sejak puluhan tahun lalu. Peneliti dari LIPI Obing Katubi mengungkapkan.
“Dokumentasi
bahasa menjadi penting kita miliki karena Indonesia memang belum memilikinya. Kalau
pemetaan bahasa sudah berpuluh-puluh tahun. Dokumentasi bahasa belum sama sekali,”
imbuhnya dalam Seminar Hasil Konservasi
Bahasa dan Sastra, Aula Sasadu,
Badan Bahasa, Rawamangun, Jakarta, (16/11/17).
Dokumentasi
bahasa secara digital menjadi sangat relevan. Apalagi ketika kita mendapati
kenyataan bahwa sebagian besar hasil dokumentasi bahasa hanya dimiliki pribadi termasuk oleh warga setempat sehingga sulit diakses.
“Kenapa
dokumentasi bahasa secara digital itu
dimunculkan? Karena dokumentasi bahasa tradisional yang ada sekarang hampir 90
persen dipegang pribadi atau individu yang tidak bisa diakses orang lain. Kalau
pun minta, belum tentu dikasih. Enak saja minta, gue aja capek mendokumentasikannya,” Obing
ilustrasikan.
Maka pendokumentasian
secara digital diperlukan agar mudah diakses publik dalam berbagai jenis pilihan
berkas mulai dari audio video hingga e-book.
“Kalau kita punya pusat dokumentasi bahasa
secara digital, etikanya semua orang bisa mengakses. Kids zaman now tidak mau
susah. Mereka ingin klik di internet, terhubung ke pusat, dan bisa langsung memilih,”
jelasnya.
Adapun dokumentasi
digital yang terekam masih mentah dan berukuran besar. Maka yang
dilakukan selanjutnya adalah pengolahan dalam variasi bentuk dan ukuran. Untuk
lebih memudahkan pemahaman, hasil olahan masih harus dilengkapi metadata, transkripsi dan anotasi.
Metadata dan Transkripsi
“Untuk
orang yang belum memahami bahasa (yang didokumentasikan) itu. Ada namanya meta
data dan anotasi. Metadata adalah hal ikhwal informasi berkaitan dengan
rekaman itu. Siapa yang bicara, umur berapa, kapan dan di mana diambil, “
sebutnya.
Transkripsi
dan anotasi adalah pengolahan lebih lanjut dari audio video menjadi teks,
terjemahan, dan pemberian catatan-catatan penjelasan.
”Rekaman
tidak akan bermakna apa-apa kalau tidak ada transkripsi, terjemahan, dan
bermacam catatan lainnya. Memang pekerjaan yang panjang. Tidak bisa satu minggu
tiba-tiba kita bisa memiliki dokumentasi bahasa sebanyak itu,” urainya.
Kalau dokumentasi
bahasa yang sudah termetadata dan tertranskripsi sedemikian rupa, barulah ia memiliki manfaat
multiguna bagi berbagai profesi dan lintas lembaga. Tidak hanya bagi
yang berkecimpung di dunia linguistik saja. Bahkan lewat akses dokumentasi bahasa,
masyarakat setempat terutama generasi muda bisa lebih menelusur akar budayanya
sendiri.
Supaya bisa diakses secara luas, data digital diarsipkan di suatu tempat. Biasanya di perpustakaan suatu universitas. Obing menyebut salahsatu kampus yang memiliki pustaka digital lengkap terutama di bidang bahasa yaitu School of Oriental and African Studies (SOAS) di London Inggris.
“Agar
bisa diakses publik, diarsipkan di suatu tempat. Biasanya lembaga. Di dunia yang paling terkenal ada di SOAS,
London. Teman-teman bisa mengakses bahasa apapun di sana dan gratis. Saya berharap suatu saat Pusat Bahasa bisa memiliki. Sehingga saya bisa berbangga memperkenalkan
di luar negeri,” pungkasnya.
Kids zaman now memang memiliki gaya hidup yang berbeda sama kids zaman then yaa. Padahal pergi ke perpus itu banyak manfaatnya lho, salah satunya bisa tebar pesona 😂😂.
ReplyDeleteAh semoga Indonesia segera punya pusat dokumentasi bahasa. *aamiin
tebar pesona pun kini pindah ke ranah maya ya kak, jadi perpusnya pun cukup dikantongi di saku :)
Delete