Anggaran Sistem Peringatan Dini Dipotong

gempa bumi dan tsunami

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofiska (BMKG) memiliki motto: “Pelayanan Informasi MKG secara cepat, tepat, akurat, luas dan mudah dipahami. 



Sistem Peringatan Dini

Deputi Bidang Geofisika BMKG Dr. Ir. Muhammad Sadly, M.Eng menyampaikan dalam Seminar Nasional Gempa bumi dan Tsunami: “Membangun Kapasitas dan Kesiapsiagaan Nasional dalam Menghadapi Ancaman Gempa Bumi dan Tsunami, Menuju Pembangunan yang Lebih Aman Bencana”, Ruang Serbaguna, BNPB, Jakarta (28/8/17).

Untuk mewujudkan motto tersebut, BMKG membangun salahsatu sarana yaitu sistem peringatan dini terhadap tsunami, cuaca dan iklim ekstrim.

“Untuk mewujudkannya, kami membangun sistem peringatan dini terkait tsunami, cuaca dan iklim ekstrim. Kami membangun infrastruktur di seluruh Indonesia,” imbuhnya. 

Mewakili Kepala BMKG, Deputi Muhammad Sadly melanjutkan, sistem peringatan dini tersebut dibangun pasca tragedi Tsunami Aceh 2004.  

“Sistem peringatan dini dibangun setelah Tsunami Aceh 2004. Kalau sistem peringatan dini di tahun 90an, (setelah) 24 jam, informasi baru bisa disampaikan ke stakeholder. Sekarang kita sudah bisa menyampaikan informasi kurang dari 5 menit saat terjadi gempabumi,” tuturnya.

Seiring kemajuan di atas, tantangan pun mengemuka. Di antaranya, bagaimana  mempertahankan dan meningkatkan sistem tersebut.

“Tantangannya adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan jumlah jaringan observasi dan operasional. Bisa bayangkan, betapa luas Indonesia  Berapa banyak alat yang dipasang, sensor-sensor di seluruh Indonesia,” tandasnya.


Tantangan dan Peluang

Upaya ini memerlukan pemeliharan intensif dan peremajaan. Sementara biaya untuk itu pun tak lolos dari penghematan anggaran.

“Perlu pemeliharaan intensif dan peremajaan dengan keterbatasan anggaran di Pemerintah. Bahkan pemotongan pun kena. Penghematan anggaran untuk pemeliharaan kena juga,” sebut pemakalah “Indonesia Tsunami Early Warning Sytem (InaTEWS) Progress, Development, Challenges".     

Apalagi sistem elektronik memiliki usia pemakaian, maka harus selalu ditingkatkan.

“Problem yang terjadi adalah bagaimana memelihara sistem baru tersebut. Dana juga sangat menentukan. Karena sistem elektronik punya life time. Sehingga harus terus ditingkatkan,” bebernya.  

Menghadapi tantangan tersebut, BMKG punya strategi “other people money” atau memperoleh pendanaan dari pihak lain. BMKG mendapat hibah banyak dari Jepang, Cina, Australia. Dari Jepang BMKG memperoleh 200 seismometer yang menggantikan alat-alat yang sudah rusak .  

Peluang kerjasama dengan swasta juga dilakukan, di antaranya dengan pihak Asuransi  dan Stasiun Televisi Swasta.

“Dengan Asuransi infrastruktur untuk klaim,  dan 16 stasiun TV swasta untuk pemasangan digital video broadcasting, bekerjasama dengan Kemenkominfo dan operator seluler,” pungkas Deputi.

Komentar